Minggu, 20 Juli 2014

Memelihara Semai Di Persemaian

Kebanyakan sayuran berbiji halus di daerah tropika pertama kali ditumbuhkan dalam persemian dan kemudian dipindah tanamkan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengarui keberhasilan persemaian, seperti:

Naungan
Persemaian sayuran paling baik dibuat di bawah naungan. Suatu keangka pancang dengan tinggi melebihi kepala orang dewasa yang menopang penutup plastik sudah cukup untuk keperluan ini. Penutup harus mempunyai bubungan yang cukup untuk menghindari berkumpulnya air hujan dan harus dilindungi terhadap tiupan angin dengan jaring kawat. Lembaran plastik pertanian modern yang cocok untuk tujuan ini adalah yang tahan terhadap sinar ultraviolet dan tahan sampai beberapa tahun. Lembaran atau jaring plastik ringan akan memberikan sekedar naungan (shade), tetapi idak boleh melebihi 40%. Lembaran plastik untuk naungan dapat dianjurkan karena juga dapat memberikan perlindungan semai terhadap hujan.

Tanah
Tanah untuk kotak-kotak benih atau untuk mengisi kantong polybag harus merupakan cmpuran pasir, geluh dan bahan oganik dalam keseimbangan yang tepat, yang memugkinkan pengatusan yang baik. Campuran yang cocok terdiri atas dua bagian (menurut volume) geluh, satu bagian pasir dan satu bagian kompos, gambut, sabut kelapa atau bahan organik lain yang cocok. Jika lempung yang digunakan menggantikan geluh, kandungan pasirnya harus ditambah. Tanah harus diaduk dan disaring untuk membuang gumpalan-gumpalan. Untuk setiap meter kubik tanah, harus dicampurkan 2 kg pupuk dengan susunan 12:12:17:2 atau pupuk majemuk yang sama, secara merata: pupuk harus dihaluskan untuk mencegah adanya gumpalan-gumpalan.

Transplanting (Pemindah tanaman)
Taraf yang tepat untuk pemindahan bervariasi menurut kerapatan penyebarannya atau ukuran wadahnya dan menurut ketegaran atau pertumbuhan semainya. Jika menggunakan kantong kertas bergaris tengah 2,5 - 3 cm dan panjang 5 - 7 cm, semai akan siap tanam pada umur tiga atau empat minggu. Jika dipindahtanam sebagai semai cabutan diperlukan naungan pada waktu hari panas selama minggu pertama.

Waktu yang tepat untuk mencabut dan menanam semai ke tanah adalah ada saat menjelang siang hari kurang lebih pukul 09.00 sampai pukul 12.00 karena tanaman sudah memasak makanannya sehingga ketika dipindahtanam tanaman akan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

menanam-tanaman
(Sumber foto: pengertian-definisi.blogspot.com )

Jumat, 18 Juli 2014

Cara Membuat Alat Penguji Benih Sederhana untuk Peningkatan Hasil Usaha Pertanian

Salah satu bagian dari proses produksi pertanian yang kadang dianggap sepele tetapi penting untuk mendapatkan hasil pertanian yang baik adalah ketersediaan benih yang bermutu baik. Benih yang baik merupakan hal yang mutlak untuk keberhasilan sistem produksi semua jenis tanaman khususnya untuk sayuran, yang kualitas serta keragaman hasilnya sangat penting dalam hal pemasarannya kepada konsumen. Bagaimanapun usaha pemeliharaan yang baik dan masukan bahan kimiawi mahal yang dicurahkan tidak akan dapat mengatasi hambatan awal dikarenakan penggunaan benih yang berkualitas jelek. Beberapa petani menjual hasil terbaik dari pertaniannya dan menyimpan yang terjelek untuk benih, suatu yang berlawanan dengan apa yang seharusnya diperbuat. Cara yang demikian ini hanya akan menyebabkan penurunan kualitas dan hasil untuk pertanaman selanjutnya yang pada akhirnya akan menurunkan keuntungan bagi petani.

Salah satu cara untuk mengetahui apakah benih yang akan digunakan merupakan benih yang bermutu baik atau jelek adalah dengan melakukan pengujian benih. Pengujian benih sederhana dapat menunjukkan kemampuan perkecambahan sebenarnya dan vigor dari persediaan benih dan apakah takaran penyebaran perlu ditingkatkan sehingga populasi tanaman yang tepat dapat tercapai, sehingga hasil lanjutannya jika keadaan lain-lain tepat dalam usaha pertanamannya maka dapat diperoleh hasil maksimum. Tidak masuk akal jika menyebar atau menanam benih dengan daya kecambah rendah, dengan mengharapkan adanya keajaiban yang akan mengatasi cacat dasar dari benih. Dalam praktiknya, keajaiban seperti itu jarang terjadi dan rencana pertanian yang didasarkan pada pada harapan tersebut biasanya mahal dan mengecewakan.

Petani dapat menguji benihnya sendiri dengan cara menaruh 100 benih di atas media yang basah seperti kapas, kertas koran atau pasir basah. Tergantung dari jenis tanamannya, dalam satu sampai dua minggu dapat diperoleh perkiraan yang layak dari persentase tanaman yang tumbuh normal. Semai yang abnormal dalam bentuk apapun tidak dihitung.

Dapat pula dibuat semacam desikator atau alat sederhana untuk pengujian benih dengan cara: menyiapkan stoples kaca bening, pada dasarnay dimasukkan bahan pengering (desiccant) berupa silica gel (butiran berwarna biru yang harus diovenkan terlebih dahulu hingg berwarna pink cerah, biasanya dijual di toko-toko kimia) atau menggunakan biji buncis kering yang telah diovenkan terlebih dahulu sampai kering. Kemudian lapisan di atasnya dipasangi dasar lengas dari kardus atau lempeng logam, kemudian ditaruh beberapa bungkus benih yang telah dibuka dibagian atasnya (jangan dilipat, biarkan terbuka), dan terakhir di tutup rapat agar kedap udara.

Cara Membuat Alat Penguji Benih Sederhana untuk Peningkatan Hasil Usaha Pertanian

Kamis, 17 Juli 2014

Pembuatan Bedengan di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi

Daerah Datar (Daerah Dataran Rendah)
Daerah datar memiliki masalah yang paling kecil jika dilihat dari segi pembuatan bedengan, tetapi sangat mutlak diperlukan untuk terjaminnya pembuangan air yang baik. Pengatusan yang baik dapat dicapai jika dibuatkan parit-parit pengatusan lapangan menuju ke saluran-saluran pengatus alami dan bedengan-bedengan yang relatif tinggi untuk pertanaman sayuran. Parit-parit pengatusan biasanya dibuat menurut pola kisi-kisi (grid pattern). Di daerah yang bercurah hujan tinggi dimana periode kering bukan merupakan masalah, airnya seharusnya selalu tersedia untuk pengairan setiap waktu, tetapi di daerah yang mengalami kekurangan air secara berkala, diperlukan adanya sekat-sekat (tile bunds) sepanjang parit pengatusan untuk meningkatkan penerimaan curah hujan. Dalam hal ini pembuatan guludan dan paliran leboih baik digunakan daripada bedengan yang lebar (bedengan dengan lebar 1 m atau lebih) karena hal ini akan memberikan kemudahan bagi tanaman untuk mencapai air. Di tanah yang sangat rendah, harus dibuatkan bedengan cembung.

Daerah Berbukit (Daerah Dataran Tinggi)
Daerah berbukit seringkali diteras untuk banyak tipe budidaya sayuran. Ini terutama disebabkan karena bedengan memerlukan perhatian lebih untuk semua produksi sayuran pasar, dan jalan masuk ke lahan pertanaman tidak mudah apabila tidak dibuat teras-teras. Pertanaman dengan barisan-barisan berjarak lebar dapat diusahakan dalam barisan tunggal sepanjang lereng bukit.

Pembuatan bedengan menurut menurut garis tinggi diperlukan di daerah berbukit untuk mencegah erosi tanah, yang dapat sangat parah jika tanah diolah naik dan turun bukit. Bedengan dapat dibuat pada teras yang telah dibuat terlebih dahulu atau dapat dibuat sehingga permukaan bedengan sesuai dengan kemiringan umum bukit. Hal ini umumnya dilakukan pada kemiringan yang lebih kecil.

Dalam pembuatan bedengan atau teras perlu dibedakan antara tanah-tanah yang tidak stabil, seperti yang berbahan induk batu lempung (shale) dan batuan pasir dengan tanah-tanah yang stabil sperti tanah-tanah granit dan basalt. Tanah yang pertama membutuhkan pengelolaan yang jauh lebih cermat. Masalah utama pada tanah-tanah tersebut di daerah berbukit adalah kecenderungannya untuk tererosi. Di daerah datar hal ini hanya akan mengakibatkan rebahnya tanaman, tetapi di daerah berbukit resiko tanah longsor sangat besar. Oleh karena itu, dalam perhitungan curah hujan tinggi, teras harus dibuat sedemikian rupa agar mendorong aliran permukaan yang cukup tetapi sekaligus akan menghindari erosi tanah. Di daerah yang curam harus dibuat teras-teras bangku dengan kemiringan 1 - 2o sepanjang teras, dengan lubang-lubang unutk pengatusan pada selang jarak yang tepat. Lubang-lubang ini harus dilindungi terhadap erosi, dengan membuat pintu air dari batu atau semen atau bisa juga dengan membuat daerah pembuangan yang cukup berumput. Pertumbuhan rumput dalam saluran pengatusan dapat dikendalikan dengan pembabatan secara berkala, dan hasilnya dapat dijadikan sumber bahan mulsa. Erosi bedengan pada teras juga dapat dikurangi dengan pemulsaan. Sebaiknya penggunaan tanah-tanah tak stabil, usaha tani sayuran dibatasi pada derah yang kurang curam, tetapi sayangnya dalam praktik, lereng-lereng yang sangat curam kadang-kadang digunakan untuk budidaya sayuran di daerah tropika. Biasanya usaha tani sayuran semacam ini terletak di stasiun pegunungan (hill station) dimana jenis sayuran iklim sedang yang bernilai ekonomi tinggi dapat diusahakan. Persiapan lahan yang mahal, tetapi produksi sayuran dekat dengan pasar yang sesuai biasanya menguntungkan dan dapat menutup biaya awal yang tinggi. 

Pada tanah-tanah granit dan vulkanik/gunung berapi, lereng yang lebih curam dapat diusahakan dengan aman dan tindakan-tindakan pencegahan yang seksama terhadap longsornya tanah umumnya tidak diperlukan.

menanam-tanaman
Gambar bedengan/teras pada daerah berbukit
(Sumber foto: pkm.openthinklabs.com)

Rabu, 16 Juli 2014

Kapur, Pengapuran Tanah Masam untuk Meningkatkan pH Tanah

Di daerah-daerah tropika kebanyakan tanahnya bersifat masam, karena pengaruh curah hujan yang tinggi sehingga basa-basa dapat tukarnya tercuci. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemasaman  tersebut adalah dengan melakukan pengapuran jika akan dilakukan usaha pertanaman sayuran, terutama untuk kerabat Cruciferae (kerabat kubis, kubis bunga dan sebagainya). Tanah-tanah yang terutama membutuhkan kapur adalah tanah Oxisol, Alfisol dan Ultisol yang mengalami pencucian berat. Tanah gambut dataran rendah dan tanah sulfat masam pesisir (sering terdapat bersamaan) tidak dapat digunakan untuk lahan pertanian tanpa terlebih dahulu diberikan kapur, karena pada tingkat kemasaman dibawah sekitar pH 5,5, ion-ion aluminium dan pada bebberapa ion-ion tanah magnesium, dibebaskan dari mineral-mineral lempung dan beracun bagi kebanyakan jenis tanaman.
Kapur, Pengapuran Tanah Masam untuk Meningkatkan pH Tanah
(Ilustrasi)
Banyaknya kapur yang dibutuhkan untuk tanah dan pertanaman tropika berbeda dengan yang telah lazim berlaku di Amerika utara dan Eropa. Ini disebabkan karena tanaman tropika dan varietas-varietasnya teradaptasi lebih baik pada tanah-tanah masam daripada tanaman iklim sedang. Rizobia kacang-kacangan tropika, seperti dari kelompok kacang tunggak yang kadang-kadang digunakan untuk menginokulasi akar legum (kacangan) lain, dapat berfungsi pada tingkat pH yang lebih rendah.

Takaran pupuk yang dianjurkan bervariasi menurut  pH. Pada tanah yang sangat masam seperti tanah-tanah sulfat masam (Tanah sulfat masam biasanya adalah tanah yang terbentuk di daerah pantai), mungkin diperlukan sebanyak 5 ton/ha selama beberapa tahun untuk menetralkan asam yang terbentuk pada waktu pengairan atau pengatusan. Kebanyakan tanah tropika dengan pH dalam kisaran 5,0 sampai 5,5, akan lebih baik jika diberika perlakuan pengapuran kira-kira 1 ton/ha kapur.

Manfaat utama dari kapur adalah sebagai berikut:
1. Kapur meningkatkan mineralisasi nitrogen organik dalam, sisa-sisa tanaman, membebaskan nitrogen sebagai ion ammonium dan nitrat yang demikian tersedia bagi tanaman.
2. Kalsium dan magnesium, yang merupakan unsur pokok utama kapur, adalah hara esensial yang dapat membatasi pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah tropika masam.
3. Pada tanah lempung masam, kapur dapat membantu memperbaiki kegemburan tanah dengan meningkatkan struktur remah atau gembur.

Tetapi tanah-tanah tropika dengan nilai pH lebih besar dari 6, tidak akan mendapatkan manfaat dari kapur bahkan pengapuran dapat merugikan atau merusak.

Bahaya pengapuran yang berlebihan dapat menampakkan diri dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Tanaman menjadi klorotik (kuning atau pucat) karena kekurangan zat besi.
2. Seng, tembaga, mangan dan boron dapat menjadi kurang terlarutkan dan dengan demikian akan kurang tersedia bagi tanaman.
3. Fosfor dan molibdenum dapat menjadi kurang tersedia karena pH yang meningkat.

Cara paling lazim untuk mengatasi pengapuran yang berlebihan adalah dengan pemberian bahan organik, seperti pupuk organik hewani dalam jumlah yang besar.

Dalam usaha budidaya sayuran, karena tanah sering diolah, kapur dapat diberikan dalam takaran terbatas pada setiap pertanaman sampai kemudian pH tanah mencapai nilai 6. Beberapa pertanaman, terutama kerabat kubis sangat tanggap baik terhadap kapur dan takaran yang lebih tinggi biasanya menguntungkan, bahkan pada tanah yang relatif tidak masam.

Kapur harus disebarkan merata pada bedengan dan dibenamkan pada waktu pengolahan tanah bedengan.


Selasa, 15 Juli 2014

Pemulsaan Sebagai Suatu Perlakuan Budidaya Tanaman

Pemulsaan adalah penutupan tanah dengan sisa-sisa tanaman, jerami, sekam, potongan rumput dan bahan sisa lainnya. Pangkasan dari semak-semak legum (seperti semak penahan angin dari Sesbania atau Leucaena) menghasilkan mulsa yang sangat baik karena kandungan nitrogennya yang tinggi sehingga dapat menambah nitrogen tanah. 

Sekam padi tidak begitu efektif di lokasi yang berangin. Beberapa petani hanya menggunakan pupuk kandang dan kompos sebagai bahan mulsa, tetapi ini tidak dianjurkan karena banyak dari nitrogennya akan hilang bila pupuk kandang tidak dicampurkan atau dibenamkan ke dalam tanah. Lembaran plastik hitam kadang-kadang juga digunakan untuk menutup tanah, ini bermanfaat di daerah dataran tinggi tetapi di daerah dataran rendah tropika perlakuan ini dapat menjadi sangat panas untuk tanah dan tanaman. 

Adapun efek atau pengaruh utama mulsa untuk tanah dan tanaman adalah sebagai berikut:

1. Mulsa melindungi tanah atasan atau top soil dari erosi dan kehilangan struktur yang disebabkan oleh curah hujan yang lebat. Kehilangan struktur dan pergerakan tanah dapat sangat menghambat munculnya semai.

2. Kehilangan lengas berkurang sehingga perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman lebih meningkat.

3. Peningkatan suhu tanah yang tinggi dapat dikurangi.

4. Setelah mengalami dekomposisi atau penguraian, mulsa dapat menambah kandungan bahan organik tanah yang tergantung dari nisbah C/N-nya, dapat memperbaiki atau menahan hara (jika digunakan mulsa berkarbon tinggi seperti jerami, diperlukan tambahan nitrogen untuk menguraikannya sehingga cukup untuk pertumbuhan tanaman berikutnya, diperlukan sekitar 20 g/m pangkat 3 urea.

5. Untuk dampak yang lebih luas, walaupun tidak selalu dapat diasumsikan sama, pemulsaan dapat mengurangi pertumbuhan alang-alang yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Catatan: plastik hitam sangat efektif untuk mencegah pertumbuhan alang-alang.

menanam-tanaman
Leucaena atau lamtoro, semak penahan angin yang baik untuk mulsa
(Sumber foto: wildlifeofhawaii.com)

Jumat, 11 Juli 2014

Penyakit Virus Kuning Keriting pada Tanaman Cabai dan Tomat serta Upaya Pengendaliannya

Tanaman Cabai dan Tomat merupakan dua jenis tanaman sayuran yang penting dan menjadi salah satu pendapat bagi petani. Tanaman cabe dapat ditemukan disetiap wilayah baik di dataran rendah, sedang sampai dataran tinggi, sedangkan tanaman tomat banyak ditemukan di dataran sedang sampai tinggi.

Ada beberapa organisme pengganggu tanaman (OPT) penting yang ditemukan pada tanaman cabe dan tomat. Pada tanaman cabe ditemukan adanya OPT seperti Tungau Kuning (Polyphagotarsonemas lotus), Thrips (Thrips parvispinus), Kutu daun (Myzuzs persicae), Lalat buah (Bactocera sp), Puru buah (Asphondylia sp), Antraknosa (Colletotrchum capsici), Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), Layu cendawan (Fusarium axysporum dan Sclerotium sp), berbagai penyakit virus (CMV, CVMV, TMV, PVY). Pada tanaman tomat OPT yang terpenting adalah: Ulat buah (Helicoverpa armigera), penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum), layu jamur (Fusarium axysporum) dan penyakit busuk daun (Phytophthora infestans). Akan tetapi, selain penyakit yang disebutkan diatas, sekarang muncul lagi satu jenis penyakit yang menyerang cabe dan tomat yaitu penyakit Virus Kuning Keriting.

Penyebab dan Cara Penularan

Penyakit virus ini disebabkan oleh Pepper Yellow Curl Leaf Virus (PYCLV) pada tanaman cabe dan pada tanaman tomat disebabkan oleh Tomatto Yellow Curl Leaf Virus (TYCLV). Penyakit virus kuning ini ditularkan oleh vektor Kutu kebul (White fly / Bemisia tabaci) dan melalui penyambungan, tetapi tidak ditularkan secara mekanis dan juga tidak ditularkan melalui benih. Di alam penyebaran kutu kebul selain dapat terbang sendiri juga dibantu oleh angin sehingga dapat menyebarkan virus kuning keriting dalam jarak jauh. Tanaman inang virus tersebut adalah cabe, cabe rawit, tomat, tembakau, ketimun, semangka, gulma babadotan (Ageratum conyzoides) dan bunga kancing (Gomphrena globosa). Sedangkan tanaman inang vektor sangat banyak sekali terdiri dari 67 famili: Asteraceae, Brasiceae, Cucurbitaceae, Solanaceae, dll atau 600 spesies tanaman dan gulma.

Gejala Serangan

Pada tanaman cabe yang berumur kurang dari satu bulan (masa vegetatif) adalah helaian daun mengalami vein clearing, mengecil dan berwarna kuning cerah. Daun menggulung ke atas (cupping), tulang daun menebal, tanaman tumbuh kerdil dan tidak berkembang. Pada tanaman yang berumur diatas satu bulan (masa generatif) adalah: daun-daun bagian bawah masih normal, sedangkan daun bagian atas kecil-kecil dan menggulung ke atas (cupping), berwarna kuning cerah, dan tulng daun menebal. Bunga masih bermunculan tetapi banyak yang gugur, bunga tidak normal (pendek dan melengkung). Pertumbuhan tanaman tidak normal atau kerdil. Gejala serangan pada tanaman tomat lebih beragam, tergantung isolat virus dan varietas tanaman.

Usulan Rekomendasi Pengendalian

1. Gunakanlah benih tanaman yang sehat (tidak mengandung virus) atau tidak berasal dari daerah yang terserang.
2. Melaksanakan rotasi (pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang virus) terutama bukan famili  solanacearum seperti cabe, tomat, dan cucurbitaceae seperti mentimun. Rotasi tanaman harus dilakukan   per hamparan, tidak cukup perorangan, serentak dan seluas mungkin.
3. Jika biaya memungkinkan, dilakukan pemasangan kelambu di pembibitan sarapai, sehingga tanaman terhindar dari serangga vektor virus (terutama saat populasi tinggi/musim kemarau).
4. Menanam tanaman barrier/pembatas disekeliling lahan tanaman seperti tanaman jagung atau serai.
5. Menanam lebih dari satu batang tanaman per lubang tanam (2-3 batang per lubang tanam) untuk penyisipan apabila ada tanaman yang mati atau terserang virus ketika tanaman masih fase vegetatif.
6. Tidak menanam tanaman cabe dan tomat secara monokultur, dianjurkan secara tumpang sari seperti  dengan bawang daun, dll.
7. Penggunaan agens hayati Beauvaria basiana dengan menyemprotkan pada permukaan daun sebelah bawah yang dilakukan sebelum pukul 09.00 pagi baik untuk tanaman cabe/tomat maupun pada tanaman barrier.
8. Aplikasi agens hayati Pseudomonas finorescens (Pf) + ekstrak gulma bunga pahit (Tithonia diversifolia) sekali seminggu dan pupuk NPK dalam bentuk cair sekali per 10 hari.
9. Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma berdaun lebar seperti babadotan (Ageratum conyzoides) dan ciplukan (Gomphrena globosa) yang menjadi tanaman inang virus.
10. Eradikasi tanaman terserang, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala, segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan  ke tanaman lain.
11. Pemasangan perangkap likat kuning dan atau perangkap air pada wadah berwarna kuning, sebanyak 40 buah per ha untuk menarik serangga penular.

menanam - tanaman
(Gejala virus kuning keriting)
Sumber foto: agriculturproduct.blogspot.com