Kamis, 17 Juli 2014

Pembuatan Bedengan di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi

Daerah Datar (Daerah Dataran Rendah)
Daerah datar memiliki masalah yang paling kecil jika dilihat dari segi pembuatan bedengan, tetapi sangat mutlak diperlukan untuk terjaminnya pembuangan air yang baik. Pengatusan yang baik dapat dicapai jika dibuatkan parit-parit pengatusan lapangan menuju ke saluran-saluran pengatus alami dan bedengan-bedengan yang relatif tinggi untuk pertanaman sayuran. Parit-parit pengatusan biasanya dibuat menurut pola kisi-kisi (grid pattern). Di daerah yang bercurah hujan tinggi dimana periode kering bukan merupakan masalah, airnya seharusnya selalu tersedia untuk pengairan setiap waktu, tetapi di daerah yang mengalami kekurangan air secara berkala, diperlukan adanya sekat-sekat (tile bunds) sepanjang parit pengatusan untuk meningkatkan penerimaan curah hujan. Dalam hal ini pembuatan guludan dan paliran leboih baik digunakan daripada bedengan yang lebar (bedengan dengan lebar 1 m atau lebih) karena hal ini akan memberikan kemudahan bagi tanaman untuk mencapai air. Di tanah yang sangat rendah, harus dibuatkan bedengan cembung.

Daerah Berbukit (Daerah Dataran Tinggi)
Daerah berbukit seringkali diteras untuk banyak tipe budidaya sayuran. Ini terutama disebabkan karena bedengan memerlukan perhatian lebih untuk semua produksi sayuran pasar, dan jalan masuk ke lahan pertanaman tidak mudah apabila tidak dibuat teras-teras. Pertanaman dengan barisan-barisan berjarak lebar dapat diusahakan dalam barisan tunggal sepanjang lereng bukit.

Pembuatan bedengan menurut menurut garis tinggi diperlukan di daerah berbukit untuk mencegah erosi tanah, yang dapat sangat parah jika tanah diolah naik dan turun bukit. Bedengan dapat dibuat pada teras yang telah dibuat terlebih dahulu atau dapat dibuat sehingga permukaan bedengan sesuai dengan kemiringan umum bukit. Hal ini umumnya dilakukan pada kemiringan yang lebih kecil.

Dalam pembuatan bedengan atau teras perlu dibedakan antara tanah-tanah yang tidak stabil, seperti yang berbahan induk batu lempung (shale) dan batuan pasir dengan tanah-tanah yang stabil sperti tanah-tanah granit dan basalt. Tanah yang pertama membutuhkan pengelolaan yang jauh lebih cermat. Masalah utama pada tanah-tanah tersebut di daerah berbukit adalah kecenderungannya untuk tererosi. Di daerah datar hal ini hanya akan mengakibatkan rebahnya tanaman, tetapi di daerah berbukit resiko tanah longsor sangat besar. Oleh karena itu, dalam perhitungan curah hujan tinggi, teras harus dibuat sedemikian rupa agar mendorong aliran permukaan yang cukup tetapi sekaligus akan menghindari erosi tanah. Di daerah yang curam harus dibuat teras-teras bangku dengan kemiringan 1 - 2o sepanjang teras, dengan lubang-lubang unutk pengatusan pada selang jarak yang tepat. Lubang-lubang ini harus dilindungi terhadap erosi, dengan membuat pintu air dari batu atau semen atau bisa juga dengan membuat daerah pembuangan yang cukup berumput. Pertumbuhan rumput dalam saluran pengatusan dapat dikendalikan dengan pembabatan secara berkala, dan hasilnya dapat dijadikan sumber bahan mulsa. Erosi bedengan pada teras juga dapat dikurangi dengan pemulsaan. Sebaiknya penggunaan tanah-tanah tak stabil, usaha tani sayuran dibatasi pada derah yang kurang curam, tetapi sayangnya dalam praktik, lereng-lereng yang sangat curam kadang-kadang digunakan untuk budidaya sayuran di daerah tropika. Biasanya usaha tani sayuran semacam ini terletak di stasiun pegunungan (hill station) dimana jenis sayuran iklim sedang yang bernilai ekonomi tinggi dapat diusahakan. Persiapan lahan yang mahal, tetapi produksi sayuran dekat dengan pasar yang sesuai biasanya menguntungkan dan dapat menutup biaya awal yang tinggi. 

Pada tanah-tanah granit dan vulkanik/gunung berapi, lereng yang lebih curam dapat diusahakan dengan aman dan tindakan-tindakan pencegahan yang seksama terhadap longsornya tanah umumnya tidak diperlukan.

menanam-tanaman
Gambar bedengan/teras pada daerah berbukit
(Sumber foto: pkm.openthinklabs.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar