Jumat, 20 Juni 2014

Cara Membuat Koleksi Serangga

Kegiatan rutin mahasiswa pertanian khususnya jurusan Hama Penyakit Tumbuhan/ Agroekoteknologi, salah satunya adalah mengawetkan serangga, kegiatan ini termaktub dalam silabus mata kuliah Entomology, sebagai bagian dari silabus pratikum mahasiswa dituntut harus bisa melakukannya.

Pengawetan serangga bertujuan agar mahasiswa lebih mengenal Morphologi serangga, dimana serangga dalam garis besarnya terdiri dari Caput (Kepala) Thorax (Dada), dan Abdomen (Perut), fungsi masing-masing bagian dari tubuh serangga berperan dalam merusak tanaman (Study untuk ilmu pertanian).
menanam tanaman
(Gambar I : Struktur dasat tubuh serangga - Sumber Foto : wikipedia)
Study mikro tentang bagian dari tubuh serangga bertujuan untuk mengenal lebih jauh tentang serangga pengganggu tanaman, dan diharapkan memberikan solusi yang bijak dalam melakukan tindak pengendalian serangga pengganggu tanaman budidaya.
Selain sebagai kebutuhan study pengetahuan, pengawetan serangga juga bernilai komersil ketika koreksi serangga tersebut bagus dipandang mata, hal seperti ini bisa dijumpai di pinggir jalan Objek wisata Harau kota Payakumbuh. Untuk anda sobat blogger yang berminat membuat koleksi serangga berikuit ini saya coba jelaskan tahapan yang dilakukan dalam membuat koleksi serangga.

Alat dan bahan.
  1. Alkohol minimal 70 % (Bisa jenis Formalin)
  2. Alat penetrasi, boleh dipakai jarum suntik
  3. Kotak persegi empat ukuran minimal 30 x 10, ditutup rapat dengan kaca, untuk ukuran ini bisa disesuaikan dengan selera anda.
  4. Jaring Rat, biasanya dikenal juga dengan jaring serangga.
  5. Jarum
  6. Gabus (Disesuaikan dengan ukuran kotak persegi yang anda punya)
Cara membuat koleksi serangga
Langkah pembuatan ini saya asumsikan anda sudah menangkap serangga yang hendak diawetkan, semisalnya kupu-kupu atau belalang, kepik ataupun jenis serangga lain yang anda peroleh disekitar areal pertanaman.
  1. Tangkap serangga yang anda inginkan menggunakan jaring rat.
  2. Penetrasi cairan formalin, serangga yang sudah anda siapkan terlebih dahulu disuntik dengan cairan formalin 70%, kemudian diamkan sekitar sepuluh menit.
  3. Rentangkan sayap atas dan sayap bawah serangga kemudian gunakan jarum untuk penahan disetiap ujung sayap (Kegiatan ini anda lakukan diatas gabus)
  4. Susun serangga sedemikian rupa agar terlihat indah dipandang mata.
  5. Tutup rapat menggunakan kaca, hal ini dimaksud agar serangga awetan anda tidak di makan semut, jika perlu beri anti semut (Seperti kapur ajaib) disekeliling koleksi serangga anda.
  6. tahap terakhir, ketika semuanya selesai anda tinggal pajang diruang tamu.
Berikut ini contoh koleksi serangga yang sudah jadi.

menanam tanaman
(Gambar II : Koleksi serangga - sumber foto : aisyafira.wordpress.com)
Demikian panduan singkat bagaimana membuat koleksi serangga, untuk hasil yang maksimal silahkan anda kreasikan sendiri.

Salam hangat
Zulfadli adha

Rabu, 18 Juni 2014

Tekhnik Budidaya Semangka

menanam-tanaman
( Sumber Foto : cybex. deptan.go.id)
Semangka merupakan tanaman menjalar yang memerlukan lebih banyak ruang daripada sayuran lainnya, semangka dibudidayakan dengan cara yang sama seperti mentimun. Untuk pengusahaan komersil, penanaman dalam bedengan sangat dianjurkan, karena tanamannya terutama buahnya tidak tahan terhadap genangan air. Manisnya buah tergantung dari jumlah hari cerah selama perkembangan buah dan pada kecukupan pupuk kalium, terutama sulfat kalium. 

Budidaya semangka akan lebih baik jika :
1. Ditanam dalam kantong plastik berlubang-lubang atau kantong yang dapat terurai secara hayati (biodegradable) (yang dapat ditanam seluruhnya) dengan ukuran 12x10 cm. Ini untuk mencegah kehilangan benih oleh burung, tikus, atau hama lain dan memudahkan penyulaman tanaman-tanaman yang mati setelah penanaman. 
2. Pemberian mulsa yang menutupi bagian atas bedengan juga bermanfaat dan mencegah padatnya permukaan tanah pada hari-hari yang panas. Untuk menghindari terbakarnya daun tanaman sebaiknya disiram pada sore hari atau dini hari. (suatu dasar perlakuan yang baik untuk semua sayuran)
3. Berikan pupuk dasar dengan 400 kg pupuk 12:12:17:2 + UM dan 200 kg urea yang diberikan dalam 6 dosis yang sama sampai 6 minggu.

Perlindungan Tanaman
Semangka lebih rentan terhadap hama dan penyakit daripada anggota-anggota genus Cucurbita. Penyakit yang lazim adalah antraknosa (Colletotrichum legenarium), yang mungkin paling berat dan menyerang daun dan buah. Suatu infeksi dini, tak pelak menyebabkan penurunan besar dalam hasil. Penyakit lain yang lazim adalah Cercospora citrullina (bercak daun) dan busuk batang berlendir (Didymella bryoniae), yang menyerang batang dan menyebabkannya terbelah membuka, kadang-kadang membunuh tanamannya. Semuanya dapat dikendalikan dengan Dithane M-45, Benlate, Daconil, dan lain-lain. Jika menggunakan pestisida sistemik, seperti Benlate, adalah bijaksana untuk menyelanginya dengan fungisida bersprektrum lebar agar supaya mengurangi resiko terjadinya kekebalan jamur terhadap fungisida sistemik tersebut.

Kerugian besar hingga 80% dapat terjadi apabila buah-buahan tergenang air selama 24 jam. Jamur penyebabnya adalah Corticium rolfsii, tetapi dapat diatasi dengan cara sederhana tapi bijaksana, yaitu dengan mengangkat buah di atas kerangka tongkat kaki tiga. Hal ini juga akan memperbaiki bentuk dan kualitas buah dan meniadakan kerusakan oleh serangga tanah, siput dan lain-lain.

Perlindungan terhadap lalat buah sebagai hama utama adalah hal yang mutlak dilakukan. Tidak adanya tindakan dapat mengakibatkan kerugian besar jika mereka diserang pada stadia muda dan cacat bentuk yang berat jika mereka ditusuk ketika lebih tua. Dimecron ternyata lebih baik tetapi banyak insektisida sistemik lain mungkin akan lebih efektif. Sekali buah telah tumbuh selama dua atau tiga minggu, kulit luarnya akan menebal dan buah tidak mudah mengalami kerusakan.

Selasa, 17 Juni 2014

Teknik Budidaya Mentimun (Cucumis sativus)

menanam-tanaman
(Buah mentimun dengan menggunakan para-para/ajir)
Mentimun (Cucumis sativus) dapat ditanam dihampir semua jenis tanah, tetapi untuk mendapatkan hasil yang baik di daerah tropika dibutuhkan tanah yang dalam dengan kandungan organik yang tinggi. Kapur dibutuhkan hanya pada tanah masam dengan pH di bawah 5. Mentimun merupakan tanaman yang tumbuh cepat, yang sangat tanggap terhadap pemeliharaan yang baik, apalagi jika dilakukan dengan budidaya para-para.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya Mentimun ini, yaitu:
1. Pada  budidaya para-para jarak antara kerangka para-para sebesar 60 cm, dan dua benih harus ditanam pada pangkal dari setiap tonggak.
2. Melakukan perendaman benih sebelum penanaman akan mempercepat perkecambahan dan keberhasilan semai. Paling sedikit satu tanaman harus tumbuh pada setiap tonggak para-para dan setiap kekosongan harus segera disulam.
3. Pelu untuk mengikat tanaman pada tonggak-tonggak para-para pada tahap permulaan sampai berumur 25 hari, jika menunda pekerjaan ini akan mengurangi hasil. Mentimun memanjat dengan perantara sulur (pemanjat) dan sekali berdiri pada paraa-para akan memanjat dan bercabang secara bebas, umumnya tanpa pertolongan.
4. Dianjurkan untuk memangkas ujungnya pada umur 25 hari untuk mendorong percabangan. Tunas-tunas yang terbentuk pada buku-buku bawah dipetik untuk menghambat pembentukan buah yang akan menyentuh tanah, yang pasti akan terserang berbagai jamur tanah. Tetapi hal ini tidak perlu dilakukan jika yang dipilih adalah varietas yang akan memanjat dan menetap baik pada para-para.

Pemupukan yang cukup merupakan pokok untuk produktivitas tinggi mentimun, dan di daerah tropika mereka tanggap baik terhadap pemberian pupuk secara bertahap selama 8 - 10 minggu pertama, hal ini juga akan memperpanjang umur mentimun.

Takaran dasar pupuk K/Mg adalah 78 kg K2O dan 10 kg MgO/ha. Disamping itu terdapat 150 kg K2O dan 200 kg Urea dalam pupuk kandang. Karena itu alternatif pupuk sebagai berikut:
1. Dengan 20 ton pupuk organik, yang akan melayani kebutuhan empat pertanaman berturut-turut, 500 kg pupuk 12:12:17:2 + UM (atau yang sama) dan 500 kg urea, terbagi dalam lima bagian yang sama pada waktu tanam dan pada 2, 4, 6 dan 8 minggu.
2. Tanpa bahan organik, 800 kg pupuk majemuk dan 550 kg urea terbagi seperti di atas.

Perlindungan Tanaman
Penyakit yang paling umumnya adalah penyakit embun tepung yang dapat merusak pada periode-periode lebih basah, terjadi penurunan hasil karena kerontokan daun dan tanaman yang terinfeksi saat muda mungkin tidak akan membaik lagi. Penyakit ini menular dari tanaman muda ke tanaman tua. Penyakit ini dapat dikurangi dengan melakukan Teknik Budidaya (penjelasan lebih lanjut ada disini). Penyemprotan pencegahan setiap minggu dengan Daconil atau Previcur (dapat juga digunakan sebagai perawat benih sistemik) mungkin dibutuhkan. Sanitasi yang baik dan pembakaran tanaman yang tertinggal adalah satu hal yang mutlak dilakukan.  Penyakit bercak daun (Cercospora citrullina), juga memerlukan pencegahan, dengan menggunakan Dithane M-45, Daconil atau Benlate. Perlakuan ini juga akan mengendalikan penyakit-penyakit daun lain yang mudah menyerang tanaman ini. Dalam keadaan basah, busuk akar dan leher akar Pythium dan Rhizoctonia dapat menyebabkan penyakit rebah semai dan kematian tanaman.


Senin, 16 Juni 2014

Berbagai Cara Pengendalian Hama Pengganggu Tanaman

Semakin banyak dan berkembangnya hama yang menjadi pengganggu tanaman, mengharuskan petani untuk tidak tinggal diam, apalagi jika kualitas dan kuantitas dari hasil pertanian menurun. Seperti pengendalian penyakit tanaman, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama tersebut.

1. Pengendalian Hayati
Cara yang sekarang sudah mulai ramai digunakan dalam suatu sistem terpadu adalah pengendalian hayati seperti insektisida-mikrobia, hormon, penarik seks, penolak serangga (insect repellant) dan penolak makan (antifeeder), sedangkan tanaman penjebak, umpan dan perangkap cahay (light trap) semuanya merupakan pengendali hama yang cukup baik dan aman bagi lingkungan.

2. Perlakuan atau Perawatan Tanah
Untuk perlindungan umum terhadap hama tanah, insektisida dalam bentuk serbuk atau butiran sangat efektif. Beragam jenisnya dan salah satu diantaranya seperti Furadan, adalah insektisida sistemik dan dapat melindungi semai selama beberapa minggu. BHC juga salah satu contoh insektisida, BHC lebih persisten tetapi sangat efektif dan murah. Akan tetapi sekarang telah dilarang penggunaannya bersama DDT di banyak negara. Sebelum aplikasi, kondisi tanah perlu dinilai secara teliti; kelebihan lengas, kandungan humus tinggi dan pencampuran yang terlalu dalam dapat mengurangi keefektivannya.

3. Perlakuan atau Perawatan Benih
Dalam beberaoa keadaan (misalnya jika lalat buncis dan tempayak kumbang menjadi masalah) benih perlu dilindungi dengan insektisida maupun fungisida. Kedua zat kimia ini dapat diberikan bersama; bahkan sekarang banyak tersedia campuran fungisida-insektisida.

Mereka dapat diberikan sebagai serbuk halus secara sederhana dengan mengocoknya dalam kantong plastik dengan dua kali kapasitas volume benih untuk mendapatkan penyalutan. Cara lain yang lebih efektif adalah membuat pasta (bubur) cair (sloppy) dimana benih dicelupkan; untuk kemudian dikeringkan. Perlakuan ini memberikan pelekatan pada benih yang lebih baik.

4. Sterilisasi Bedeng Persemaian
Sterilisasi dengan panas sangat baik tetapi sekarang tersedia banyak zat kimia yang sangat beracun, terutama senyawa-senyawa sianida. Perlu kehati-hatian dalam penggunaannya.


5. Pestisida
Insektisida kimia haruslah menjadi tumpuan akhir dan pemilihannya atas dasar kerusakan minimal terhadap serangga yang tidak berbahaya, penting untuk menghindari evolusi masalah yang lebih serius.

Penggunaan pengendalian hama secara kimiawi ini membawa masalahnya sendiri, terutama berkenaan dengan petugas pelaksanaannyadan resiko terhadap lingkungan. Banyak zat kimia yang merupakan racun, terutama golongan organofosfat dan beberapa dari golongan karbamat yang biasa paling banyak digunakan dalam pengendalian hama.

menanam-tanaman
(Perangkap cahaya/light trap sederhana)

Minggu, 15 Juni 2014

Nematoda Sebagai Hama Pengganggu Tanaman

Selain serangga, Eriopydiae, Tikus, Siput dan Keong, sebagai hama pengganggu tanaman, masih ada jenis hewan lainnya yang juga menjadi hama pengganggu tanaman, yaitu Nematoda.

Nematoda adalah cacing-cacing bulat  yang ramping, biasanya kurang dari 2 mm panjangnya, yang umumnya terdapat dalam tanah.

Di kebun-kebun sayuran, dengan jenis tanaman dari suku Meloidogyne mengandung spesies-spesies hama penting yang menyebabkan bintil-bintil akar yang telah dikenal pada sejumlah jenis tanaman, termasuk kerabat Brassica (kubis-kubisan), yang kadang keliru membedakannya dengan penyakit akar pekuk (clubroot). Suku ini sering terlibat dengan keparahan yang meningkat dari banyak penyakit layu layu dengan mempermudah masuknya patogen seperti Fusarium spp. atau penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) melalui luka-luka makan. Spesies lain seperti Pratulenchus, Rorylenchus, Ditylenchus dan Helycotilenchus terlibat dalam kelemahan tanaman secara umum dan sering tidak diperhatikan meskipun kehilangan hasilnya dapat cukup besar. Perhatian khusus diperlukan terhadap nematoda dalam sistem irigasi. Spesies-spesies seperti Xyphenema, Longidorus, dan Trichodorus adalah vektor-vektor dari beberapa penyakit virus. tetapi mereka berarti penting dalam pertanian sayuran.

Untuk pengendaliannya, fumigan-fumigan tanah umum cukup efektif, meskipun sangat beracun. Berbagai nematisida butiran sekarang tersedia yang kurang berbahaya dalam aplikasinya (Terracur, Nemacur, Vydate, dan Temik). Fitosanitasi dan pergiliran tanaman merupakan kunci-kunci untuk menghindari menimbunnya nematoda yang merusak. Terdapat juga beberapa tanaman penjebak (trap crop) yang berhasil baik dengan cepat dapat menurunkan populasinya, atau dapat juga dengan menambahkan bahan organik pada tanah.

Karena terdapat banyak spesies saprofit dan karena beberapa diantaranya bersifat prasitik tersembunyi dan membahayakan, dianjurkan untuk mengadakan analisis tanah terhadap hama ini, terutama jika pertanaman tidak berhasil tumbuh subur tanpa ada hama atau penyakit yang jelas.

menanam-tanaman
(Nematoda, Hama Pengganggu Tanaman)

Beragam Hama Pengganggu Tanaman

Pada bagian pertama kita telah membahas tentang Serangga, jika anda belum sempat membacanya dapat dibaca kembali disini, maka bagian dua ini kita akan membahas tentang Eriophydiae dan Tikus serta mamalia yang menjadi hama bagi tanaman.

Eriophydiae
Atau disebut juga tungau, mencakup suatu kelompok penting hama sayuran yaitu tungau laba-laba (spider mites). Ukurannya  kecil dan berwarna kekuningan atau merah. Spesies yang paling umum adalah Tetranychus cinnabarius dan Tetranychus urtica. Keduanya adalah spesies yang kosmopolitan dan polifag yang dapat merusak kerabat Cucurbita dan legum. Mereka dapat dikendalikan dengan banyak insektisida, tetapi ada beberapa yang tidak efektif, karena perbedaan fisiologi dari kelompoknya.

Tikus dan Mamalia (Binatang menyusui) lainnya
Hewan-hewan ini dapat menyusahkan jika populasinya terus bertambah. Tikus lorong  (Mole rats atau Tachyorytes splendeus) merupakan hama penting di daerah-daerah tertentu di Afrika yang menimbulkan kerusakan besar terhadap tanama-tanaman umb-umbian; dan mereka juga sulit untuk ditangkap. Untuk spesies yang lain, pemasangan umpan dengan antikoagulan berhasil baik, tetapi dalam keadaan tahan, mungkin harus menggunakan fosfit seng; dan yang disebut akhir ini juga dapat digunakan untuk hama binatang menyusui lainnya, tetapi kurang manusiawi.

Siput dan Keong
Merupakan hama yang tersebar luas di dunia dan pemakan lahap sayuran daun hijau. Bekicot raksasa Afrika (Achatina spp.) dalam jumlah besar dapat menghancurkan dan sekarang tersebar luas di Timur Jauh sejak diintroduksi sebagai makanan enak yang disukai. Karena mereka makan pada malam hari, penggunaan obor yang baik dan seember air panas merupakan pengendalian yang murah (cost effective). Untuk keong-keong yang lebih kecil umpan dan semprotan metaldehid berhasil baik.
menanam-tanaman
(Tikus, salah satu hama tanaman)
Pembahasan tentang nematoda akan dibahas dalam artikel tersendiri pada bagian 3

Hama Pengganggu Tanaman

Hama merupakan penyebab utama kerugian dalam produksi sayuran, baik oleh kerugian langsung maupun penurunan kualitas, selain penyakit tanaman tentunya.Terdapat beberapa golongan umum hama yaitu: Serangga, Eriophydiae, Tikus dan Mamalia, Siput dan Keong serta Nematoda.

Serangga merupakan kelompok dominan dari hama, tetapi tikus, siput, tikus mondok, dan burung semuanya dapat merusak biji, akar dan daun secara langsung. Di beberapa negara, monyet, landak dan babi hutan dapat menyebabkan kerugian besar,m terutama bagi petani yang lahannya berbatasan dengan hutan atau hutan rimba. Jika kerugian ini tidak tertahankan mungkin perlu untuk memburu hama-hama tersebut.

Ada delapan ordo yang paling penting dari serangga, maka pada tulisan ini akan dibahas secara tuntas ordo-ordo yang dimaksud.

1. Orthoptera
Merupakan hama yang mengunyah, dan mencakup belalang, jangkrik (locust), dan orong-orong. Mereka merupakan serangga yang sangat aktif dan dapat sangat mengganggu dalam usaha pertanian yang berdekatan dengan hutan atau padang rumput liar. Orong-orong menerowong di bawah permukaan tanah dan memakan akar-akar tanaman.

2. Isoptera
Rayap adalah contoh dari ordo ini, merupakan endemik di daerah tropika, tetapi biasanya merupakan hama dari bangunan kayu, tonggak pagar, para-para dan sebagainya. Mereka juga menyerang tanaman berkayu terutama tanaman yang lemah.

3. Thysanoptera
Contohnya, trips. Merupakan serangga penusuk dan penghisap kecildengan panjang 1 - 10 mm, dan biasanya kekuningan, coklat atau hitam. Mereka mempunyai sayap, tetapi biasanya berjalan di atas jaringan tanaman. Beberapa sangat aktif dan dikenali dari kebiasaannya membalik ke atas ujung abdomennya. Mereka bertanggungjawab atas penularan banyak virus, termasuk layu bercak daun pada tomat. Trips tembakau (Thrips tabaci) menyerang tanaman bawang merah, Cucurbita dan Crucifera.

4. Hemiptera
Suatu kelompok serangga penghisap dan penusuk, meliputi banyak hama sayuran penting. Ini mencakup:

Serangga bersisik (scale insects) dan kutu putih duduk (melekat) di permukaan tanaman. Mereka dapat seperti sisik, seperti gal, atau dalam hal kutu putih, tertutup oleh lapisan putih seperti lilin. Pengendalian ketiganya akan dipercepat dengan penambahan minyak parafin (white oil) pada insektisidanya. Mereka mempunyai rentang tanaman yang luas dan seringkali karena kurang hati-hati diintroduksi pada bahan tanaman. Mereka juga mengeluarkan embun madu dan dirawat oleh semut, yang lagi-lagi mengarah pada jamur jelaga. Kelompok ini biasanya tidak mengganggu sayuran yang tumbuh cepat, tetapi dapat menyerang yang tumbuh selama lebih dari tiga bulan; mereka lebih berbahaya pada pohon buah-buahan dan tanaman hias yang mengayu.

Kutu daun (aphids), biasanya dikenal para petani sayuran dan terutama pada bagian tunas-tunas muda. dimana mereka menghisap sari tanaman, bahkan beberapa kepik menyerang akar. Kelompok ini mengeluarkan cairan manis yang dikenal sebagai 'honey dew' (embun madu) dan substansi berlilin putih yang melindungi serangga terhadap semprotan. Embun madu menarik semut dan juga merupakan medium yang sangat baik untuk pertumbuhan berbagai jamur jelaga yang dapat menyebabkan kerugian kualitas yang sangat besar. Kutu (aphids) juga merupakan vektor penting banyak virus; Aphis fabae, misalnya dapat menularkan tiga puluh jenis virus, termasuk mosaik buncis dan mentimun. Mereka pada umumnya dapat dikendalikan dengan insektisida yang ditambah zat pembasah (wetting agent).

Lalat putih, adalah serangga kecil bertabur serbuk lilin putih. Yang paling terkenal adalah Bemisia tabaci yang mempunyai rentang inang yang luas, termasuk kerabat legum, Cruciferae, dan Cucurbita; mereka juga menularkan virus pada buncis dan tomat.

Berbagai kutu tanaman dan kutu perisai merupakan hama aktif sayuran dan pemakan cairan tanaman. Nezara viridula merupakan hama yang tersebar luas pada banyak sayuran tropika. Bahkan beberapa jenis kutu memiliki warna yang cantik.

Wereng (jassids) adalah serangga pemalu yang sering tidak diperhatikan, tetapi beberapa spesies seperti Cicadulina spp merupakan vektor virus garis pada jagung di Afrika dan beberapa bagian Asia. Empoasca lybica menyerang okra, tomat, terong, buncis, dan Cucurbita di beberapa bagian Afrika dan Timur Tengah.

5. Lepidoptera
Ini adalah ngengat dan kupu-kupu yang ulatnya menyebabkan kerusakan berat dengan memakan daun dan menggerek ke dalam buah serta jaringan-jaringan batang. Seperti pada banyak kelompok lain, mereka dapat cepat mendapatkan ketahanan terhadap zat-zat kimia modern, dan yang kemudian merupakan masalah dalam pengendalian. Oleh karena itu, kebersihan merupakan hal yang penting. Sekali hama ini mencapai taraf dewasa, pengendaliannya akan jauh lebih sulit dan buah menjadi rusak sehingga tidak dapat dipasarkan. Kadang-kadang terjadi (outbreaks) perjangkitan epidemik ulat-ulat pemakan daun. Ini cukup mudah dikendalikan pada taraf muda dengan insektisida kontak. Dalam skala kecil, dapat dipertimbangkan untuk memungutnya dengan tangan dan meremas massa telur-telurnya, misalnya pada kupu kubis.

6. Coleoptera
Berbagai kumbang menyerang tanaman baik dalam bentuk dewasa maupun larvanya. Mereka biasanya menggigit jaringan dan seringkali makan pada malam hari. Larvanya dapat menggerek ke dalam jaringan dan daun. Larva kelompok 'cockchafers' (kumbang keabu-abuan), yang merupakan tempayak putih terkenal dengan kerakusan selera makan akar tanaman, mereka sulit untuk dikendalikan.

7. Diptera
 Lalat buncis (Ophiomyia phaseoli), yang belatungnya menyerang leher akar dan tangkai daun buncis, dan berbagai lalat buah (Dacus spp,.) yang menyerang Cucurbita merupakan hama lalat utama pada sayuran. Mereka dapat dikendalikan dengan zat-zat kimia, tetapi kebersihan jauh lebih penting.

8.Hymenoptera
Semut mempengaruhi sayuran terutama karena merawat berbagai Hemiptera, Athalia spp. terkenal sebagai hama Cruciferae di Afrika Timur. Pengendalian dengan penyemprotan sarangnya dengan DDT (tetapi DDT telah dilarang di banyak negara dan bahkan bila penggunaannya diizinkan, harus digunakan sesedikit mungkin).

menanam-tanaman
( Semut dari Ordo Hymenoptera)


Pembahasan tentang Epriophydiae, Tikus dan Mamalia lainnya, serta siput dan keong akan dibahas pada tulisan selanjutnya.





Sabtu, 14 Juni 2014

Mengendalikan penyakit tanaman Dengan cara Kimiawi

Tulisan ini merupakan bagian akhir dari cara pengendalian penyakit tanaman, setelah sebelumnya kita membahas pengendalian penyakit tanaman dengan cara penggunaan kultivar yang tahan terhadap penyakit

Pengendalian Kimiawi
Aplikasi zat-zat kimia untuk mengendalikan penyakit dan hama merupakan kegiatan yang mahal dan berbahaya. Oleh karena itu, penting bahwa cara-cara  penggunaan yang telah diuraikan pada setiap kemasan diikuti setepa-tepatnya untuk mengurangi kebutuhan akan pengendalian kimiawi. Namun demikian, penggunaan zat kimia sekarang merupakan kegiatan baku dalam produksi sayuran modern. Bahkan dalam beberapa keadaan hal ini mutlak dilakukan.

Fungisida paling umum digunakan sebagai semprotan dedaunan, yang sering harus diulang jika keadaan cuaca mendukung kegiatan patogen yang tinggi. Umumnya dimungkinkan untuk menunggu sampai munculnya gejala-gejala penyakit pertama, terutama karena sekarang banyak tersedia fungisida sistemik. Resiko dengan patogen terbawa udara, seperti bercak basah pada kentang, merupakan hal yang harus selalu dilakukan pemerikasaan harian. Demikian luas rentang zat kimia yang tersedia sehingga nasihat ahli harus diusahakan sebelum memulai suatu program penyemprotan, tetapi fungisida tembaga dan sulfur (belerang) masih tetap murah dan efektif.

Bakteri tidak begitu terpengaruh pengendalian kimiawi seperti jamur. Karena antibiotik tidak diizinkan digunakan pada bagian-bagian tanaman yang dapat dimakan, walaupun mereka dapat digunakan untuk menghilangkan bakteri baik dari biji maupun bahan tanaman vegetatif. Fungisida tembaga cukup efektif terhadap beberapa bakteri pada tomat (Xanthomonas campestris pv. vesicatoria). Penggunaan benih bersih dan higiene yang baik masih merupakan pengendalian patogen bakteri terbaik.

Bagi virus, tidak ada penegendalian kimiawi yang ekonomis. Harus ditekankan bahwa dengan keanekaragaman dan kekhususan banyak fungisida modern, beberapa diantaranya sangat khusus untuk penyakit tertentu., maka diagnosa yang tepat dari penyakit merupakan keharusan. Sebagai contoh, bentale dan senyawa-senyawa sebangsanya, sama sekali tidak efektif terhadap Phycomycetes, yang mencakup embun tepung. Lainnya, seperti triforin, propiconasol dan oksikarboksin, adalah khusus untuk penyakit karat dan atau embun tepung.

menanam-tanaman
pengendalian kimiawi



Jumat, 13 Juni 2014

Penggunaan Kultivar Resisten sebagai pengendali penyakit

Jika sebelumnya kita telah membahas tentang cara pengendalian penyakit tanaman dengan teknik budidaya, maka kali ini kita akan membahas kelanjutan pengendalian penyakit tanaman  cara ke-4, yaitu sebagai berikut:

4. Penggunaan Kultivar yang Resisten (Tahan)
Jika tersedia, penggunaan kultivar resisten memberikan cara yang paling murah dalam pengendalian hama dan penyakit, walaupun terdapat jauh lebih banyak tanaman yang tahan terhadap penyakit daripada tahan terhadap hama.

Pada semua spesies tanaman terdapat varietas-varietas yang menunjukkan suatu rentang ketahanan terhadap berbagai patogen, dan mekanisme ketahanannya banyak bervariasi dan seringkali tidak diketahui pasti. Biasannya mereka ada di bawah pengaruh gentik oleh satu atau banyak gen dan ketahanannya terhadap penyakit layu bakteri yang dimiliki akan hancur (rusak) diterima secara umum bahwa gen utama (vertikal) ketahanan dapat hancur (rusak) dalam jangka waktu pendek, sebagai contoh terhadap penyakit karaat atau bercak basah kentang (potato late blight) (Phytophthora infestans). Ketahanan gen minor horisontal atau lapangan sekarang diakui lebih tahan lama (durable), jika tidak mempunyai tingkat ketahanan yang hampir sama dengan gen mayor (utama). Tetapi ketahanan horisontal, jauh lebih sulit dikenali dan dicirikan dalam program-program pemuliaan.

Faktor-faktor fisologi dan biokimia biasanya terlibat dalam menimbulkan ketahanan; ini mencakup produksi senyawa-senyawa kimia anti jamur dan anti bakteri seperti leukoantosianin, ketegaran tanaman, kepekaan sel terhadap patogen, ketebalan dinding sel, kandungan (sifat) lilin kutikula daun, dan lain-lain.

Karena varietas-varietas lokal (ras lokal - land races) telah lama berkembang dalam asosiasi (bersama) dengan hama dan penyakit dalam sistem pertanian desa, seleksi alam telah mencapai keseimbangan dan epidemi penyakit atau hama yang hebat (serius) tidaklah lazim. Jika kultivar hasil silangan tidak tersedia, atau jika tingkat pengetahuan petani tidak dapat mengikuti masukan yang rumit untuk kultivar-kultivar yang eksotik, kenaikan hasil yang banyak seringkali dapat dicapai melalui perbaikan-perbaikan kecil dalam budidaya, pengendalian gulma, pemberian pupuk minim, dan perlakuan benih, dan sedikit seleksi di dalam populasi tanaman setempat - suatu yang harus dipertimbangkan oleh petugas penelitian dan penyuluhan dalam menganjurkan kultivar-kultivar eksotik secara tergesa-gesa dari sistem di pertanian desa yang berlaku.

Salah satu contoh dalam penggunaan kultivar resisten adalah penggunaan batang bawah yang resisten/tahan untuk penyambungan tomat di atas Solanum torvum, yang memiliki ketahanan mutlak terhadap penyakit layu bakteri di dataran rendah tropika. Teknik ini memungkinkan tomat ditanam sepanjang tahun di Brunei dan dapat diterapkan dimana saja di daerah rendah tropika yang panas; tetapi di musim hujan pengendalian banyak patogen daun lain pada tomat harus sangat teliti.

menanam-tanaman
tomat yang disambung


Teknik Budidaya Sebagai Pengendalian Penyakit Tanaman

Salah satu cara pengendalian penyakit tanaman adalah dengan tindakan budidaya yang telah dijabarkan pada bagian 2 terdahulu, maka pada tulisan ini kita akan melanjutkan penjelasan tentang pengendalian penyakit tanaman dengan cara Teknik Budidaya.

3. Teknik Budidaya
Teknik budidaya mempengaruhi penyakit tanaman dengan beberapa cara. Pada penanaman sayuran dalam pergiliran tanaman, faktor yang paling penting berkenaan dengan penyebaran penyakit dari pertanaman tua ke pertanaman  yang lebih muda. Sebagai contoh adalah penting untuk menempatkan bedengan-bedengan untuk penanaman baru mentimun sejauh mungkin dari pertanaman yang lebih tua agar tidak terjadi penurunan hasil yang signifikan. Penurunan hasil disebabkan oleh infeksi yang progresif (makin meningkat) dari embun tepung. Pengaturan kembali bedengan-bedengan, memisahkan pertanaman baru dari pertanaman lama akan sangat meniadakan masalah embun tepung tersebut.

Penyakit juga dipengaruhi oleh jarak tanaman. Dalam teori, penyakit dapat didorong baik oleh jarak tanam terlalu lebar (membiarkan lebih mudah masuknya patogen) maupun jarak tanam terlalu sempit yang menciptakan lingkungan lebih lembab yang cocok untuk beberapa kelompok patogen tertentu. Di daerah tropika basah, yang akhir terakhir lebih sering terjadi. seperti penyakit busuk daun pada buncis yang disebabkan oleh Thanatephorus cucumeris.

Pengairan berlebihan mendorong penyakit rebah-semai, sedang penyiraman curahan (overhead irrigation) mendorong penyakit daun dan penyebarannya, terutama yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan pipa-pipa pengairan yang kurang hati-hati dapat melempar butir-butir tanah ke atas. menimbulkan luka-lukan sangat kecil yang memungkinkan masuknya berbagai patogen. Inilah sebabnya mengapa mulsa demikian penting dalam budidaya sayuran berjaringan lunak, khususnya yang rentan terhadap penyakit busuk-lunak. Sebagai aturan umum berlaku lebih baik kurang air (underwater) daripada kelebihan air (overwater).

menanam-tanaman
jarak tanam merupakan salah satu contoh teknik budidaya


Budidaya Sebagai Pengendali Penyakit Tanaman

Pada tulisan sebelumnya kita telah membahas tentang cara pengendalian penyakit tanaman dengan tindakan sanitasi. Selain cara tersebut berikut cara-cara lain yang dapat dilakukan dalam melindungi tanaman dari penyakit.

2. Tindakan Budidaya
 Tindakan budidaya, yang baik atau buruk, mempunyai pengaruh besar pada keadaan penyakit. Banyak faktor yang terlibat yang kebanyakan dapat diubah oleh petani,  berikut uraiannya:

Pergiliran Tanaman
Merupakan tindakan penting, khususnya untuk petani sayuran dengan lahan pertanian sempit dalam pengusahaan yang intensif, dan terutama penting dalam mencegah menimbunnya organisme terbawa tanah, termasuk beberapa hama. Sebagai contoh, penyakit layu bakteri tertimbun dengan cepat jika berturut-turut ditanam tanaman Solanaceae yang rentan. Di lahan rendah tropika, seringkali hal ini mengakibatkan kehilangan seluruh hasil tomat, termasuk beberapa yang diduga tahan penyakit. Menanam spesies tanaman yang tidak rentan seperti kerabat buncis, atau Cucurbita akan cepat mengurangi populasi bakteri, seperti juga pengolahan tanah dan pendedahan terhadap sinar matahari yang kuat. Penggunaan lembaran plastik hitam untuk menimbulkan suhu yang lebih tinggi lagi guna mengendalikan beberapa jamur dapat juga bermanfaat.

Budidaya Bebas Gulma
Kita tidak dapat mengharapkan tanaman akan mewujudkan kemampuan penuhnya dalam persaingan dengan gulma untuk cahaya, air, pupuk dan ruang. Selain itu, penutupan gulma yang tebal membantu mempertahankan kelembaban yang tinggi dengan membatasi gerakan udara, sehingga menciptakan kondisi yang baik bagi perkembangan penyakit.

Kondisi Tanah
Pertanaman apapun akan memberikan hasil terbaik dalam kondisi tanah yang sesuai dalam hal tekstur, air, hara, pH dan sebagainya. Kita tidak dapat mengharapkan hasil yang baik, jika tanaman seperti buncis ditanam dalam kondisi yang lebih sesuai untuk teratai. Kebanyakan sayuran dalam keadaan kelebihan air, rentan terhadap rebah semai dan busuk leher. Oleh karena itu, dalam keadaan basah harus dibuatkan bedengan tinggi atau guludan dengan pengatusan yang cukup.

Kerusakan Tanaman
Karena banyak jasad penyakit dapat masuk melalui luka yang disebabkan alat-alat mekanis atau hama, perhatian utama harus diberikan pada penggunaan alat-alat dan pengamatan maksimal perlu dilakukan terhadap populasi serangga dan Nematoda.

Hara dan Keasaman Tanah
Keadaan hara yang seimbang adalah esensi untuk pertumbuhan tanaman yang sehat dan hasil yang berkualitas tinggi. Pertanaman yang sehat juga akan sulit untuk terkena penyakit dan lebih dapat menahan serangan hama.

Beberapa unsur diperlukan dalam jumlah besar (hara makro) yaitu nitrogen, fosfor dan kalium. Beberapa yang dibutuhkan dalam jumlah lebih kecil (hara sekunder) seperti kalsium, magnesium, sulfur, serta hara mikro yang hanya dalam jumlah kecil dan beberap diantaranya sangat kecil. yaitu besi, mangan, tembaga, boron, molibdenum, seng dan klor. Karbon, oksigen, hidrogen merupakan kebutuhan besar yang mudah tersedia dari udara dan air.
Dalam hubungannya dengan penyakit, kedudukan berbagai unsur itu dapat menjadi penting. Sementara kelebihan nitrogen menghasilkan pertumbuhan subur dan lunak, membuat tanaman lebih rentan, terutama terhadap patogen dedaunan, kekurangan unsur menyebabkan kerugian hasil yang besar.

Salah satu unsur yang berperan penting dalam penetralan asam-asam tanah dan memiliki kemampuan untuk emmperkuat lamela tengah antara dinding-dinding sel adalah kalsium. Banyak penyakit, termasuk layu fusarium dan akar pekuk menjadi lebih buruk pada tanah masam, sehingga pengapuran merupakan bagian penting dari praktek pemupukan yang baik. 
menanam-tanaman
salah satu contoh tindakan budidaya dengan mulsa plastik agar bebas gulma



Cara Pengendalian Penyakit Tanaman Non Kimiawi

Dalam dunia pertanian, hama dan penyakit tanaman merupakan dua hal yang selalu menakutkan bagi petani, mulai dari kerugian yang ditimbulkan sampai kepada cara-cara penyakit tanaman tersebut menyebar. Agar penyakit tanaman tersebut dapat terkendalim, minimal hasil yang diperoleh tidak mengecewakan, maka banyak hal yang dilakukan oleh petani dalam mengurangi kerugian yang dihasilkan oleh penyakit tanaman tersebut. 

Pada dasarnya pengendalian penyakit terbagi dalam dua kategori: cara kimiawi dan non-kimiawi. Hal yang sama juga berlaku untuk hama. Haruslah menjadi catatan penting bahwa organisme penyakit merupakan makhluk hidup dan hanya dapat hidup dengan baik dalam kondisi yang sesuai, seperti kelebihan pemberian air, kelebihan pemupukan dengan pupuk nitrogen (urea) dan terlalu sering dapat merubah status penyakit dari endemik (ada tetapi tidak berat) menjadi epidemik (menyebar dan berat). Karena itu, diperlukan usaha untuk membuat tanaman tumbuh dalam kondisi ideal. Karena ideal tidak selalu mungkin tercapai, maka diperlukan cara-cara dalam pengendalian penyakit tanaman sampai sekecil-kecilnya. Cara-cara yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian penyakit tanaman. antara lain:

Cara Non-Kimiawi

1. Sanitasi
Dalam pertanian sayuran, selalu baik untuk membuang semua tanaman yang sakit atau rusak karena serangga dan juga sisa-sisa tanaman setelah panen. Ini harus dibakar ditempat lain atau harus dibenamkan dengan baik. Pada pertanaman semusim, pembuangan tanaman pada stadia awal penyakit, disertai dengan penyemprotan bahan kimia secara bijaksana, akan dapat mengendalikan   penyakit. Jika pemangkasan diperlukan, penyemprotan fungisida diperlukan sekali dalam mencegah masuknya patogen sebelum luka tertutup kalus dengan baik.

Suatu faktor  sanitasi yang sangat penting, akan tetapi sering diabaikan adalah penggunaan bahan tanaman yang bersih. Dengan banyaknya penyakit tanaman yang terbawa benih, penggunaan benih yang bersih merupaka keharusan dalam pengendalian yang baik. Petani harus memperoleh benih dari sumber (pemasok) yang dapat diandalkan, lebih baik lagi jika telah diberikan perlakuan fungisida yang cocok. Jika petani menggunakan benih sendiri, perlakuan benih merupakan keharusan sebagai tindakan pengendalian penyakit tanaman yang murah dan efektif. Petani tidak akan dapat mengharapkan hasil pertanaman yang baik dari benih yang 50 persennya terjangkit tanaman. Benih buncis lokal dan Brassica sering kali memiliki tingkat infeksi yang sangat tinggi seperti antraknose (Colletotrichum lindemuthianum) dan Alternaria brassicicola. Penyakit bengkak akar pekuk (clubroot) juga ditularkan pada permukaan benih dan perlakuan benih dengan 'tecnazene' atau 'calomel' sangat dianjurkan.

menanam-tanaman
penyakit bengkak akar pada sawi


Bersambung ke bagian 2