Kamis, 14 Agustus 2014

Budidaya Tanaman Terong (Solanum melongena)

Terong adalah tanaman menahun berumur pendek berbentuk perdu, lazimnya ditanam sebagai tanaman semusim karena jika sampai pada usia tua maka pertumbuhannya akan menjadi sangat besar dan hasilnya akan menurun drastis.

Terdapat banyak varietas dan kebanyakan dapat beradaptasi dengan baik pada dataran rendah tropika. Kultivar terong dapat dikelompokkan berdasarkan warna kulit dan bentuk buah. Untuk kelompok warna, biasanya berwarna hijau pucat sampai hijau muda, merah sampai ungu dan hitam dengan gradasi warna  diantara warna-warna di atas; dalam hal ketahanan terhadap serangga penggerek, kultivar dengan warna gelap lebih baik. Bentuk buah bervariasi dari hampir bulat sampai panjang dan kurus. 

Budidaya
Hampir semua jenis tanah dapat digunakan untuk pertanamannya. Periode menghasilkan buah yang utama adalah pada enam bulan sejak berbuah pertama kalinya. Selanjutnya seperti kebanyakan sayuran buah lainnya, ukuran dan kualitas buah akan menurun seiring waktu. Dalam kondisi tanah dan teknik budidaya yang baik, hasil yang sangat tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan kultivar dan hibrida unggul, yang dapat mencapai 100 ton/ha selama enam bulan, tetapi hasil rata-rata yang didapatkan adalah 25 - 30 ton/ha.

Benih harus disemaikan dalam bedeng persemaian dan dapat dipindahkan ke dalam polybag dengan ukuran panjang 10 cm dan garis tengah 7 cm, yang diisi dengan tanah yang sama. Di daerah tropika, terong dapat ditanam di bedengan mulai umur sekitar empat minggu dengan tinggi 15 cm. Jarak tanam yang dianjurkan untuk untuk pertanaman selama enambulan adalah dua baris dengan jarak bergilir 1 m di bedengan selebar 1,3 m dengan pembatas 0,5 m antara bedengan. Untuk pertanaman yang lebih pendek selama jangka waktu empat bulan dianjurkan jarak tanamnya 60 cm. Pancang-pancang diperlukan untuk menopang tanaman setelah berumur 12 minggu dan harus sudah dipasang sebelum pindah tanam untuk menghindari kerusakan akar.

Pupuk yang dianjurkan untuk daerah tropika adalah sebagai berikut:
1. 20 ton/ha kompos atau pupuk kandang atau bahan organik lainnya dengan 300 kg urea, 200 kg pupuk majemuk 12:12:17:2 + UM, 200 kg KCl dan 100 kg kiserit per ha, diberikan dalam 10 bagian dosis selama 20 minggu pertama.
2. Tanpa pupuk kandang atau pupuk kompos lainnya adalah 520 kg urea, 300 kg pupuk majemuk, 325 kg KCl dan 160 kg kiserit per ha, dalam dosis dan waktu pemupukan seperti di atas.

Kapur kurang dibutuhkan untuk kebanyakan jenis tanah, tetapi harus digunakan pada tanah dengan  pH di bawah 5,0.

Perlindungan Tanaman
Varietas lokal telah dapat menyesuaikan diri dengan baik dan pertanaman yang memerlukan tindakan pencegahan terhadap penyakit jamur. Kadang-kadang penyakit bercak daun (Pseudocercospora trichophilla) dapat mengganggu, demikian juga penyakit busuk batang dan busuk buah (Phytophora nicotianae var. parasitica) dan jika buah menyentuh tanah, dapat diserang oleh Corticium rolfsii.

Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) adalah penyakit yang paling berbahaya, tetapi hasil seleksi lokal memiliki cukup ketahanan terhadap penyakit ini. Pada kultivar unggul dapat terjadi kerugian hingga 60%. Ada kemungkinan untuk pencegahannya dengan melakukan penyambungan (okulasi) dengan varietas lokal atau dengan Solanum torvum liar (terong liar), tetapi kebersihan dan pergiliran tanaman tetap penting untuk dilakukan. Suatu masa bero (istirahat) lahan dengan pengolahan tanah setiap hari akan dapat membunuh bakteri tersebut dengan sinar matahari.

Hama-hama penting yang menganggu adalah penggerek tunas dan buah (Leucinodes orbonalis) dan ngengat umbi kentang (Phthorimaea operculella). Cara pengendalian hama; semua tunas dan buah yang terserang harus dikumpulkan dan dibakar dan pergiliran tanaman serta kebersihan harus dilakukan dengan ketat. Biasanya dibutuhkan pengendalian kimiawi dengan misalnya Dimecron atau Carbofuran.

Untuk pengendalian gulma dapat digunakan Amex, Cobex dan Maloran.

Menanam - Tanaman
(Sumber foto: mgaseed.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar