Senin, 10 Oktober 2016

286 Pestisida Yang Digunakan Untuk Membasmi Ulat Grayak Pada Tanaman Cabai

Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu fase serangga hama yang menyerang tanaman cabe atau yang jenis tanaman Solanacearum lainnya, banyak petani dibuat pusing dengan ulat yang satu ini, bagaimana tidak fase larva dari kupu-kupu cantik ini memakan daun rakus sekali, sehingga menyebabkan daun tidak maksimak berfotosintesis. 

Ulat ini jika menyerang tanaman cabe disepanjang areal pertanaman cabe, bisa membuat petani bangkrut, karena kurangnya produksi buah. 

Kami mencoba menjawab pertanyaan seorang kawan di daerah Lampung, Indonesia, tentang pestisida apa saja yang bisa digunakan untuk mengatasi serangan ulat grayak ini. 
Ulat Grayak Pada Tanaman Cabai
(Ulat Grayak Pada Tanaman Cabai)

Sebanyak 286 jenis pestisida yang kami kumpulkan, dan digunakan untuk membasmi ulat grayak ini, semoga dengan diterbitkannya artikel ini, turut pula membantu kawan-kawan petani lainnya diseluruh dunia, yang sedang bingung mengatasi serangan ulat grayak pada tanaman cabe, dan tentunya kami berharap daftar pestisida untuk mengatasi ulat grayak pada tanaman cabai, menjadi salah satu solusi petani cabe, agar tanaman cabenya menghasilkan produksi buah yang banyak. 

Daftar pestisida yang dituliskan disini adalah pestisida yang beredar di Indonesia, untuk kawan-kawan petani yang berada di luar Indonesia, silahkan simak bahan aktif kandungan pestisidanya, dan barangkali di luar Indonesia pestisida tersebut diproduksi dengan merek dagang berbeda. 

Berikut daftar pestisida yang bisa digunakan untuk mengatasi serangan ulat grayak pada tanaman cabe. 

Daftar pestisida yang digunakan untuk membasmi hama ulat grayak pada areal pertanaman (budidaya) cabe.

Bahan Aktif Merek Dagang
Abamektin Alfamex 18 EC, Asmec 36 EC, Bamex 18 EC, Devamec 18 EC, Diomec 18 EC, Habamec 18 EC, Matros 18 EC
Alfa-sipermetrin Alfatox 50 EC, Alphas 50 EC, Altac 15 EC, Amethyst 40 EC, Army 30 EC, Asterking 15 EC, Baldor 50 EC, Cyborg 15 EC, Fastac 100 SC, Jaguar 50 EC, Kenfas 100 EC, Legacy 15 EC, Patriot 50 EC, Sangkur 50 EC, Topaz 15 EC, Valiant 50 EC
Asefat Afate 75 SP, BM Promax 75 SP, Chepate 75 SP, Joker 75 SP, Lancer 75 SP, Manthene 75 SP, Megastar 75 SP, Orthene 75 SP, Ortran 75 SP, Pastifat 75 SP, Prathen 75 SP, Roteen 75 SP, Sepate 40 EC, Starthene 75 WG
Beta-siflutrin Buldok 25 EC, Cakram 25 EC, Goldtrin 50 EC, Liebas 50 EC, Lotsa 50 EC, Prado 25 EC, Raydock 28 EC, Sumo 50 EC
Beta Sipermetrin Chix 25 EC
Deltametrin Aggressive 25 EC, Akomethrin 25 EC, Amonite 25 EC, Antarmet 25 EC, Basic 25 EC, Bectary 25 EC, Biocis 25 EC, BM Delta 28 EC, Clutch 25 EC, Dario 25 EC, Darmacis 50 EC, Decis 25 EC, Deltara 50 EC, Deroll 25 EC, Detrin 25 EC, Jablai 25 EC, Megadis 25 EC, Oscar 25 EC, Pilar delta 25 EC, Prima-fast 50 EC
Diazinon Agrostar 600 EC
Diflubenzuron Dimilin 25 WP
Dimetoat Decafen 400 EC, Destan 400 EC, Makrosan 400 EC, Pilarmax 400 EC, Santoat 400 EC
Emamektin Benzoat Crumble 10 EC, Decore 21 EC, Noclaim 19 EC
Esfenvalerat Sumialpha 25 EC
Etion Mition 500 EC
Fenobukarb Amabas 500 EC, Benhur 500 EC, Dharmabas 500 EC, Emcindo 500 EC, Gobang 110 EC, Greta 500 EC, Ingrobassa 500 EC, Nonstop 400 EC, Pentacarb 500 EC, Sanet 7 SP, Sidabas 500 EC, Tamabas 500 EC, X-treme 500 EC
Fenpropatrin Amicide 200 EC, Meothrin 50 EC
Fenvalerate Akurat 200 EC, B-Son 200 EC, Fenticide 200 EC, Fentop 30 EC, Fenval 200 EC, Sanval: 200 EC, Zetval 200 EC
Fipronil Uno 50 SC
Flubendiamide Gabbar 200 SC, Takumi 20 WG
Hexaflumuron Aster 50 EC
Imidakloprid Amida 200 SL, Bima 10 WP, BM Imida 200 SL, Imidastar 200 SL, Interprid 25 WP, Neptune 25 WP, Rudor 200 SL, Rudor 5 WP, Salvador 25 EC, Sanfidor 200 SL, Tygra 200 SL, Zychate 25 WP
Imidakloprid + Beta-siflutrin Solomon 300 OD
Imidakloprid + Sipermetrin Total 10/40 EC
Indoksakarb Ammate 150 SC
Karbaril Sandovin 85 WP
Karbofuran Dharmafur 3 GR, Kresnadan 3 GR, Truper 3 GR, Varitas 3 GR, Ventura 5 GR
Karbosulfan Jagabaya 200 EC, Taurus 200 EC
Kartap Hidroklorida Barrier 20 SP, Barrier 5 GR, Kardan 50 SP, Padan 50 SP, Zidan 50 SP
Klorantraniliprol Prevathon 50 SC
Klorantraniliprol + Lambda-sihalotrin Ampligo 150 ZC
Klorantraniliprol + Tiametoksam Virtako 300 SC
Klorfenapir Rampas 200 EC, Sobatani 100 EC, Tampage 100 EC, Tumagon 100 EC
Klorfluazuron Atabron 50 EC, Ayuna 50 EC
Klorpirifos Beliung 200 EC, Boxer 200 EC, Clobber 200 EC, Ichiban 250 EC, Kaliandra 482 EC, Megafos 200 EC, Petroban 200 EC, Topban 400 EC, Tosbone 100 EC, Wilbo 200 EC
Klorpirifos + Alfa-sipermetrin Tugard 160/10 EC
Klorpirifos + Sipermetrin BM Cychlophos 500/50, Conserve 500/50 EC, Kabrux 160/10 EC
Lambda-sihalotrin Akhocytrin 50 EC, Bidak 25 EC, BM Lamda 50 EC, Brantas 25 EC, Buana 55 EC, Cash 25 EC, Cucak Rowo 25 EC, Gladiol 25 EC, Granat 25 EC, Hamador 25 EC, Hamasid 25 EC, Indodor 50 EC, Jidor 25 EC, Labrador 25 EC, Lampion 25 EC, Matador 25 EC, Megda 25 EC, Meteor 25 EC, Polydor 25 EC, Rodeo 25 EC, Rolidor 25 EC, Rudal 25 EC, Samador 25 EC, Santador 25 EC, Setor 40 EC, Sidador 30 EC, Taekwando 25 EC, Tamador 25 EC, Tamigon 25 EC, Trajet 25 EC, Trigon 25 EC
Lufenuron Match 50 EC
Malation Ransell 570 EC
Metaflumizon Alverde 240 SC
Metomil Agrinate 40 SP, Lannate 40 SP, Metindo 25 WP, Metindo 40 WP, Milamex 40 SP, Tamilto 25 WP
Monosultap + Flubendiamide Spontanking 68 WP
Novaluron Rimon 100 EC
Permetrin Centatin 200 EC, Digital 50 EC, Extratin 200 EC, Klensect 200 EC, Meriam 50 EC, Prego 20 EC, Primatin 50 Ec, Prince 123 EC, Shadow 50 EC, Volcano 200 EC
Phentoat Dharmasan 600 EC, Fentosan 650 EC, Veto 650 EC
Phoksim Catleya 500 EC, Daitona 400 EC, Fokker 500 EC, Spodo 200 EC
Profenofos Akron 500 SC, Biocron 500 EC, Callicron 500 EC, Camacron 500 EC, Curacron 500 EC, Curocrop 500 EC, Finsol 500 EC, Fortegold 500 EC, Kenselec 500 EC, Musuhama 500 EC, Rolicron 500 EC, Santacron 520 EC, Seledol 450 EC, Stacron 500 EC, Syncron 500 EC
Propoxur Poksindo 200 EC
Protiofos Carolit 500 EC, Tokuthion 500 EC
Sipermetrin Arfo 30 EC, Astertrin 250 EC, Atro 30 EC, Bento 50 EC, Blasterin: 30 EC, Bravo 50 EC, Cedric 100 EC, Crowen 113 EC, Cycat 50 EC, Cypermax 100 EC, Cyplus 100 EC, Cyrux 50 EC, Domino 100 EC, Erkatrin 100 EC, Etbaf 200 EC, Famethrin 45 EC, Genius 100 EC, Hoky 30 EC, Jeel 50 EC, Knifo 30 EC, Kokan 100 EC, Megacyper 250 EC, Metal 30 EC, Metrin 30 EC, Miodan 25 WP, Miodan 50 EC, Molthrin 100 EC, Opera 100 EC, Pelle 50 EC, Predict 50 EC, Rajatrin 250 EC, Record 50 EC, Salvo 30 EC, Sancord 50 EC, Sangit 50 EC, Santrino 100 EC, Tanicord 50 EC, Tikam 50 EC, Vitathrin 50 EC, Vivo 30 EC
Spinoteram Endure 120 SC
Spinosad Tracer 120 SC
Tiodikarb Rosco 75 WP, Trail 75 WP
Triazofos Biothion 200 EC, Detafos 200 EC, Maestro 200 EC, Mio 200 EC, Polythion 200 EC

Demikian pemirsa daftar racun yang bisa digunakan untuk mengatasi atau membasmi hama ulat grayat pada pertanaman cabe, selamat mencoba, salam.

Senin, 03 Oktober 2016

Cara Mengatasi Berbagai Penyakit Pada Tanaman Cabe

Kalau saja cabe tidak begitu penting dalam menunjang hidup manusia, barangkali kita tidak akan pernah membahas bagaimana caranya buah cabe ini menguntungkan bagi petaninya, namun fakta kehidupan berkata lain, semakin hari semakin banyak persoalan yang ditimbulkan tentang bagaimana caranya agar cabe ini tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang banyak.

Aneka persoalan yang timbul dalam usaha budidaya cabe, mulai dari persoalan harga sampai pada persoalan tentang kesuburan dan cara menghindari tanaman cabe dari berbagai serangan penyakit.


Beragam solusi yang ditemukan untuk membuat tanaman pedas ini menguntungkan bagi petaninya, sepertinya bukanlah sebuah rumus yang bisa diterapkan sepanjang masa.

Pada musim tanam kali ini petani cabe mungkin beruntung dengan hasil panen yang melimpah dan harga jual yang tinggi, namun pada musim tanam berikutnya penanaman cane tersebut belum tentu berhasil.

Nah bagaimana caranya kita mendapat pedoman yang baik dan solusi ampuh, agar pertanaman cabe beruntung sepanjang masa.

Karena begitu banyaknya factor terkait yang menjadi syarat agar tanaman cabe bisa berhasil sepanjang musim tanam.

Berdasarkan analisa diatas kami mencoba merangkum beragam penyakit pada tanaman cabe dan cara mengendalikannya.

Seperti yang kita ketahui tanaman cabe berpotensi terkena penyakit pada sepanjang fase pertumbuhannya, mulai semenjak biji, persemaian, masa pertumbuhan, masa produksi buah, hingga potensi gangguan dari lingkungan eksternal lainnya.

Sekarang kita akan bahas satu persatu cara mengendalikan berbagai penyakit pada tanaman cabe, dengan harapan pemirsa yang mengalami masalah dengan pertanaman cabenya, bisa terbantukan menemukan solusi praktis dan efektif.

A. Penyakit cabe ketika menjadi biji

1. Kemungkinan terkena bakteri

Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
Tidak diketahui namanya Xanthomonas campateris pv vesicatoriaTidak tampak biji terlihat normal saja

  • Gunakan benih bersertifikat
  • Rendam dengan NaOCL 1,3 % selama lebih kurang 1 menit atau larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,75% selama 10 nmenit

  • 2. Biji cabe yang terkena cendawan

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Tidak diketahui namanya Colletotrichum spp (capsisi dan gleosporioides)Terkadang tidak semua biji yang terkena memperlihatkan gejala, adakalanya biji terlihat sehat, biji yang terkena cendawan bisa terlihat hitam atau coklat kehitaman dengan bentuk biji tidak bernas.

  • Gunakan benih bersertifikat
  • Tidak menanam biji yang berbentuk dan berwarna tidak normal pada saat musim tanam dimulai
  • Beri perlakuan dengan merendam biji dalam air panas, bersuhu kira-kira 55 derajat celcius selama 30 menit, atau merendamnya dengan fungisida selama kurang lebih 1 jam, contoh fungisida yang bisa digunakan seperti Triazole atau pyrimidin.

  • 3. Biji cabe yang terkena virus

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Tidak Bernama Tobacco Mosaic Virus (TMV), terkadang juga Cucumber Mosaic Virus (CMV)Biji cabe yang terkena virus sangat sulit untuk dilihat gejalanya Biji direndam dalam larutan Na3PO4 selama 1-2 jam, jika bijinya kering rendam selama semalam.

    B. Penyakit cabe pada masa persemaian dan cara mengatasinya 

    1. Penyakit cabe yang disebabkan bakteri

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Layu Bakteri Ralstonia solanacearumDaun tanaman muda layu dimulai dari pucuk, selanjutnya bagian tanaman layu dan mati.

  • Gunakan media persemaian dari tanah (yang diambil dari lapisan sub soil, 1,5 � 2 meter dibawah permukaan tanah) pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali dengan perbandingan 1:1:1, campuran ketiga media ini di pasteurisasi selama 2 jam.
  • Persemaian yang terinfeksi harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.
  • Naungan tempat persemaian secara bertahap dibuka agar matahari masuk dan membuat tanaman menjadi lebih kuat.
  • Penggunaan fungisida atau bakterisida selektif dengan dosisi batas terendah.

  • 2. Penyakit cabe yang disebabkan cendawan

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Rebah kecambah atau damping off Rhizoctonia solani, Pythium spp, Fusarium spp, Phytophthora sp atau Colletotrichum spp.Semaian cabe gagal tumbuh, biji yang sudah berkecambah mati tiba-tiba, atau semaian kerdil karena batang bawah atau leher akar busuk dan mengering, pada bedengan persemaian Nampak kebotakan kecambah atau persemaian cabe secara sporadis dan menyebar tidak beraturan.

  • Gunakan media persemaian dari tanah (yang diambil dari lapisan sub soil, 1,5 � 2 meter dibawah permukaan tanah) pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali dengan perbandingan 1:1:1, campuran ketiga media ini di pasteurisasi selama 2 jam.
  • Persemaian yang terinfeksi harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.
  • Naungan tempat persemaian secara bertahap dibuka agar matahari masuk dan membuat tanaman menjadi lebih kuat.
  • Penggunaan fungisida atau bakterisida selektif dengan dosisi batas terendah.

  • 3. Penyakit cabe yang disebabkan Nematoda

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Nematoda bengkak akar atau bengkak akar Meloidogyne sppSemaian agak kekuningan namun sering nampak seperti tanaman sehat, ada bintil akar yang tidak bisa lepas walaupun akar diusap lebih keras.

  • Gunakan media persemaian dari tanah (yang diambil dari lapisan sub soil, 1,5 � 2 meter dibawah permukaan tanah) pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali dengan perbandingan 1:1:1, campuran ketiga media ini di pasteurisasi selama 2 jam.
  • Persemaian yang terinfeksi harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.

  • 4. Penyakit cabe yang disebabkan oleh virus

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Mosaic belang atau klorosis Potato Virus Y, CMV atau Tobacco Etch Virus (TEV) atau TMVWarna daun terlihat belang klorosis atau kuning

  • Persemaian yang terinfeksi harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.
  • Gunakan insektisida yang efektif dan dianjurkan untuk mengendalikan serangga vektornya dalam hal ini kutu daun.

  • C. Penyakit cabe pada masa pertumbuhan vegetative generative dan cara mengatasinya 

    1. Penyakit yang disebabkan bakteri

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Bercak bakteri Xanthomonas campetris pv Vesicatoria (Xcv)Bagian tanaman yang terserang biasanya adalah daun dan ranting, terlihat bercak pada daun berukuran kecil bentuknya membulat, coklat pada bagian tengah dan pucat pada bagian pinggirnya, pada bagian atas daun bercak seperti tenggelam, sedangkan pada bagian bawah daun bercak seperti menonjol, gejala bercak tersebut tidak berubah selama masa pertumbuhan generative.

  • Tanah-tanah yang terkontaminasi penyakit layu jangan digunakan.
  • Bersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan gulma sebelumnya, dengan cara membalikkan tanahagar terkena sinar matahari.
  • Pemupukan yang berimbang, yaitu urea, ZA, TSP, KCL, dan pupuk organic.
  • Peninggian guludan cabe bisa mengurangi insiden penyakit layu.
  • Intercropping antara cabe dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastic perak didataran tinggi dan jerami didataran rendah bisa mengurangi infestasi antraknosa dan penyakit tanah, terutama dimusim hujan.
  • Tanaman muda yang terinfeksi penyakit dilapangan dimusnahkan dan disulam dengan tanaman yang sehat.
  • Ekstrak tanaman marigold untuk mengendalikan antraknosa, campuran nimbi, serai, dan laos dengan perbandingan 8:6:6 dan 6:6:6, serta daun tembakau pada air 1:20 (berat/volume) juga efektif untuk mengendalikan antraknos, erifikasinya setara dengan mancozeb 0,2 %.
  • Untuk mengurangi penggunaan pestisida dianjurkan menggunakan nozel kipas yang butiran semprotnya berupa kabut dan merata.
  • Layu Bakteri Ralstonia solanacearumlayu pada daun bagian bawah, setelah beberapa hari seluruh daun menjadi layu permanen, sedangkan warna daun tetap hijau, kadang-kadang sedikit kekuningan, jaringan vaskuler dari batang bagian bawah dan akar menjadi kecoklatan, apabila batang atau akar tersebut dipotong melintang dan dicelupkan ke dalam air jernih, akan keluar cairan keruh koloni bakteri yang melayang dalam air seperti kepulan asap, gejala penyakit ini akan sama pada tanaman dalam stadia pertumbuhan generative.

  • Gunakan media persemaian dari tanah (yang diambil dari lapisan sub soil, 1,5 � 2 meter dibawah permukaan tanah) pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali dengan perbandingan 1:1:1, campuran ketiga media ini di pasteurisasi selama 2 jam.
  • Persemaian yang terinfeksi harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.
  • Naungan tempat persemaian secara bertahap dibuka agar matahari masuk dan membuat tanaman menjadi lebih kuat.
  • Penggunaan fungisida atau bakterisida selektif dengan dosisi batas terendah.

  • 2. Penyakit cabe yang disebabkan cendawan

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Antraknosa Colletotrichum sppMati pucuk yang berlanjut pada bagian bawah daun, ranting dan cabang busuk kering berwarna coklat kehitam-hitaman, pada batang acervuli cendawan terlihat berupa benjolan.

  • Pemupukan yang berimbang yaitu urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCL 100-150 kg, dan pupuk organic 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabe dan tomat didataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastic perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah bisa mengurangi infestasi antraknos dan penyakit tanah, terutama dimusim hujan.
  • Penyakit antraknosa Colletotrichum spp dikendalikan dengan fungisida klorotalonil (Daconil 500 F) atau propineb (Antracol 70 WP), kedua fungisida ini digunakan secara bergantian.
  • Untuk mengurangi penggunaan pestisida dianjurkan menggunakan nozel kipas yang butiran semprotnya berupa kabut dan merata.
  • Bercak daun serkospora Cercospora capsiciGejala akan nampak pada daun, tangkai dan batang. Bercak daun Cercospora dapat menimbulkan defoliasi. Bercak berbentuk oblong (bulat) sirkuler dimana bagian tengahnya mengering berwarna abu-abu tua dan warna coklat dibagian pinggirannya, dan daun menjadi tua (menguning) sebelum waktunya. Bercak berukuran 0,25 cm atau lebih besar bagi yang menyatu, bercak menyerupai mata kodok sehingga penyakit ini sering disebut bintik mata kodok (frog eyes). Pada penampakan satu tanaman banyak daun yang menguning sebelum waktunya.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasilpanen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi antraknos dan penyakit tanah, terutama di musim hujan.
  • Untuk bercak sercospora dianjurkan menggunakan daun mindi (Melia azederach) pada konsentrasi 1: 20 (berat/volume).
  • Penyakit bercak daun Cercospora capsici dikendalikan dengan fungisida difenoconazole (Score �250 EC dengan konsentrasi 0,5 ml/l). Interval penyemprotan 7 hari.
  • Untuk mengurangi penggunaan pestisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.
  • Busuk daun Fitoftora Phytophthora capsiciSeluruh bagian tanaman dapat terinfeksi oleh penyakit ini. Infeksi pada batang dimulai dari leher batang menjadi busuk basah berwarna hijau setelah kering warna menjadi coklat/hitam. Serangan yang sama dapat terjadi pada bagian batang lainnya. Gejala melanjut dengan kelayuan yang serentak dan tiba-tiba dari bagian tanaman lainnya. Penyakit ini mematikan tanaman muda. Gejala lanjut busuk batang menjadi kering mengeras dan seluruh daun menjadi layu. Gejala pada daun diawali dengan bercak putih seperti tersiram air panas berbentuk sirkuler atau tidak beraturan. Bercak tersebut melebar mengering seperti kertas dan akhirnya memutih karena warna masa spora yang putih. Di lapangan tanaman layu secara sporadis.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi penyakit, terutama di musim hujan.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi penyakit, terutama di musim hujan.
  • Tanaman muda yang terinfeksi penyakit di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Cendawan Phytophthora capsici dapat dikendalikan dengan fungisida sistemik Metalaksil-M 4% + Mancozeb 64% (Ridomil Gold MZ � 4/64 WP) pada konsentrasi 3 g/l air, bergantian dengan fungisida kontak seperti klorotalonil (Daconil � 500 F, 2g/l). Fungisida sistemik digunakan maksimal empat kali per musim.
  • Untuk mengurangi penggunaan pestisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.
  • Layu Fusarium Fusarium oxysporumGejala yang paling menonjol adalah daun kekuningan dan layu yang dimulai dari daun bagian atas. Kelayuan ini terjadi secara bertahap sampai terjadi kelayuan permanen beberapa waktu kemudian dan daun tetap menempel pada batang (Gambar 13). Jaringan vaskular berwarna coklat terutama pada batang bagian bawah dekat akar (Gambar 14). Menjelang kematian tanaman tidak ada perubahan warna, secara eksternal pada batang maupun akar, jaringan kortikal masih tetap utuh. Gejala yang sama akan nampak pada tanaman dalam masa generatif.

  • Tanah-tanah yang terkontaminasi penyakit layu jangan digunakan. Infeksi penyakit layu dapat dipelajari pada tanaman sebelumnya.
  • Membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan gulma
  • sebelumnya. Membalik tanah agar terkena sinar matahari.
  • Pemupukan yang berimbang yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi penyakit tanah, terutama di musim hujan.
  • Tanaman muda yang terinfeksi penyakit dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Busuk daun Choanephora Choanephora cucurbitarumInfeksi pertama terjadi pada titik tumbuh, bunga dan pucuk; kemudian menyebar ke bagian bawah tanaman. Daun pucuk berubah dari hijau muda menjadi coklat, membusuk dan hitam. Kebusukan merambat ke bagian bawah tanaman dan menyerang kembali titik-titik baru tumbuh sehingga hampir semua pucuk terkulai. Batang yang terserang penyakit ini menjadi busuk kering dan mudah terkelupas. Serangan yang melanjut mematikan tanaman. Pada kelembaban tinggi terbentuk bulu-bulu berwarna hitam pada jaringan-jaringan yang terinfeksi.

  • Membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan gulma sebelumnya. Membalik tanah agar terkena sinar matahari.
  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi penyakit, terutama di musim hujan.
  • Penyemprotan fungisida secara bergilir antara fungisida sistemik satu kali (salah satu dari Acelalamine 0,5%, Dimmethomorph 0,1%, Propamocarb, Oxidasil 0,1%) dengan fungisida kontak seperti Klorotalonil 2% sebanyak tiga kali pada interval seminggu sekali.
  • Untuk mengurangi penggunaan fungisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.
  • Bercak kelabu stemfilium Stemphylium solaniBercak pada daun berbentuk sirkular, berukuran kecil (diameter 3 mm), bagian tengah berwarna bintik putih yang dibatasi pinggiran warna hitam yang tidak beraturan. Bercak pada batang dan tangkai daun berbentuk elips yang tidak beraturan.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi bercak kelabu stemfilium dan penyakit tanah, terutama di musim hujan.
  • Penyakit dapat dikendalikan dengan fungisida Difenoconazole (Score � 250 EC dengan konsentrasi 0,5 ml/l). Interval penyemprotan 7 hari.
  • .
  • Untuk mengurangi penggunaan fungisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.
  • Embun tepung Leveillula tauricaBercak atau spot pucat atau kekuningan nampak pada permukaan daun bagian atas. Bila bercak-bercak ini menyatu menjadi klorosis yang lebih lebar pada daun. Pada bagian bawah daun bercak berkembang menjadi jaringan yang nekrotik, kadang-kadang ditutupi dengan kapang miselium berwarna keabu-abuan. Penyakit menjalar dari daun tua ke daun muda dan seluruh daun menjadi gejala yang mencolok.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Penyakit dikendalikan dengan fungisida Difenokonazole (Score � 250 EC dengan konsentrasi 0,5 ml/l). Interval penyemprotan 7 hari.
  • Untuk mengurangi penggunaan fungisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.

  • 3. Penyakit cabe yang disebabkan Virus

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Mosaik keriting PVY, atau TEV, atau CMV, atau CVMV secara tunggal atau gabungan.Virus ini ditularkan / disebarkan oleh kutudaun. Tanaman mosaik warna belang antara hijau tua dan hijau muda. Kadang-kadang disertai dengan perubahan bentuk daun (cekung, keriting atau memanjang). Serangan salah satu strain CMV sering menyebabkan bentuk daun menyempit seperti tali sepatu atau bercak berpola daun oak pada buah dan daun.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi kutudaun yang merupakan vektor virus.
  • Tanaman muda (umur maksimum 35 hari) yang terinfeksi virus di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Imunisasi tanaman cabai dan tomat dengan virus CMV yang dilemahkan dengan satelit virus CARNA-5 dapat menahan serangan CMV yang lebih ganas di lapangan.
  • Gunakan insektisida untuk mengendalikan populasi kutudaun.
  • Untuk mengurangi penggunaan insektisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.
  • Kerdil, nekrosis dan mosaik ringan Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tomato Mosaic Virus (ToMV). Virus menular secara kontak.Gejala bervariasi kedalamnya termasuk mosaik, kerdil dan sistemik klorosis, kadang-kadang diikuti dengan nekrotik streak pada batang atau cabang dan diikuti dengan gugur daun.

  • Tanah-tanah yang tanaman sebelumnya pernah terinfeksi kedua virus di atas jangan digunakan.
  • Membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan gulma sebelumnya. Membalik tanah agar terkena sinar matahari.
  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Tanaman muda (umur maksimum 35 hari) yang terinfeksi virus di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat
  • Kerupuk Chilli Puckery Stunt Virus (CPSV), patogen ditularkan oleh kutudaun Aphis gossypiiPada tanaman muda dimulai dengan daun melengkung ke bawah. Pada umur-umur selanjutnya gejala melengkung lebih parah disertai kerutan-kerutan (puckery). Daun berwarna hijau pekat mengkilat dan permukaan tidak rata. Pertumbuhan terhambat, ruas jarak antara tangkai daun lebih pendek terutama di bagian pucuk, sehingga daun menumpuk dan bergumpal-gumpal berkesan regas seperti kerupuk. Daun gugur sehingga yang tinggal rantimg dengan daun-daun menggulung diujung pucuk. Bunga dan bakal buah juga berguguran.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi kutudaun yang berperan sebagai vektor virus.
  • Tanaman muda yang terinfeksi virus di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Aplikasi insektisida untuk mengendalikan kutudaun menggunakan nozel kipas agar terjadi pengurangan volume inseksida sebanyak 30%.
  • Kuning keriting Virus Gemini. Virus ini ditularkan oleh kutu putih/kutu kebul Bemisia tabaci Pada awalnya daun muda/pucuk cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan. Gejala melanjut dengan hampir seluruh dan muda/pucuk berwarna kuning cerah, daun cekung dan mengkerut berukuran lebih kecil dan lebih tebal. Gejala lain adalah daun berwarna mosaik klorosis.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi serangga pengisap daun.
  • Tanaman muda yang terinfeksi virus di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Pelepasan parasitoid Encarcia formosa sebanyak 1 ekor / 4 tanaman / minggu selama 8-10 minggu efektif mengurangi kutu putih vektor virus Gemini. Untuk lahan seluas diperlukan 10.000 ekor E.formosa.
  • Predator Menochilus sexmaculatus juga efektif mampu memangsa 200-400 ekor larva kutu putih per hari
  • Insektisida yang efektif dan selektif mengendalikan kutu putih sebagai vektor virus Gemini di antaranya bahan aktif Bifentrin, Buprofezin, Imidakloprid, Fenpropatin, Endosulfan. Untuk mengurangi penggunaan insektisida (+ 30%) dianjurkan menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.

  • 4. Penyakit cabe yang disebabkan Nematoda

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Bengkak akar Meloidogyne spp.Pada bagian tanaman di atas tanah bisa bergejala kerdil, menguning dan layu, namun umumnya vigor pertumbuhan sangat buruk. Perkembangan sistem perakaran menjadi lebih kecil atau sempit serta timbul kutil-kutil pada akar. Kutil atau galls pada cabai umumnya lebih kecil dari kutil nematoda pada tanaman tomat atau ketimun, sehingga kutil nematoda pada cabai sering tidak kelihatan atau pangling (overlook). Penyakit umumnya lebih parah pada daerah infeksi yang terlokalisasi.

  • Tanah-tanah yang terkontaminasi penyakit bengkak akar jangan digunakan. Infeksi penyakit dapat dipelajari dengan mencabut beberapa gulma dan tanaman yang tumbuh di beberapa tempat dan memperhatikan bintil atau benjolan pada akar.
  • Membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan gulma sebelumnya. Membalik tanah agar terkena sinar matahari. Perendaman lahan selama 2-3 hari baik untuk mengurangi populasi nematoda.
  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Di lahan yang diduga terinfeksi nematoda diberi Furadan 30 kg/ha.
  • D. Penyakit yang menyerang buah cabe dan cara mengatasinya 

    1. Penyakit cabe yang disebabkan bakteri

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Busuk basah bakteri Erwinia carotovora pv carotovoraBusuk basah pada buah dimulai dari tangkai dan kelopak buah, tetapi infeksi bisa juga terjadi melalui luka di bagian mana saja dari buah. Jaringan buah bagian bawah infeksi menjadi lunak dan luka segera melebar merusak bagian dalam daging sehingga dalam beberapa hari menjadi masa yang basah lunak dan berlendir. Lendir keluar dari kantung buah dan menguap sampai kering. Buah yang masih menempel pada tanaman kemudian terinfeksi akan tetap terikat menggantung seperti kantung air. Setelah isinya keluar suatu kantung buah kering berwarna transparan dan tetap menggantung.

  • Pengaturan jarak tanam tidak terlalu rapat.
  • Sanitasi kebun dari sisa-sisa tanaman yang terinfeksi bakteri.
  • Melakukan panen pada waktu cuaca kering.
  • Menjaga agar buah tidak luka / memar waktu dipanen.
  • Simpan buah cabai ditempat yang teduh.
  • Pencucian dapat meningkatkan infeksi. Penambahan khlor pada air cucian dan segera mengeringkannya adalah cara yang dianjurkan.
  • Mengumpulkan dan memusnahkan buah cabai yang terinfeksi.
  • Bercak kering bakteri Xanthomonas campestris pv vesicatoriaPada buah bercak berbentuk bulat kutil tidak beratur, kutil yang menyatu membentuk cembungan besar yang retak-retak. Patogen dapat terbawa biji

  • Gunakan benih cabai yang bersertifikat.
  • Rotasi tanaman penting untuk mengelola penyakit ini.
  • Penyemprotan dengan fungisida berbahan tembaga mengurangi infeksi penyakit ini.

  • 2. Penyakit cabe yang disebabkan cendawan

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Antraknos Colletotrichum spp.Antraknos pada buah membuat buah busuk. Di Indonesia penyakit ini dapat menginfeksi buah matang dan buah muda. Gejala awal adalah bercak kecil seperti tersiram air, luka ini berkembang dengan cepat sampai ada yang bergaris tengah 3-4 cm. Ekspansi bercak yang maksimal membentuk lekukan dengan warna merah tua ke coklat muda, dengan dengan berbagai bentuk konsentrik dari jaringan stromatik cendawan yang berwarna gelap. Spora yang berwarna pucat kekuningan sampai warna salmon (pink) tersebar pada garis-garis konsentrik. Buah cabai bisa hancur 100% karena antraknos.

  • Gunakan benih yang bersertifikat, rendam dengan air panas � 55oC selama 30 menit atau dengan larutan 0,05 � 0,1 % fungisida golongan sistemik (seperti Triazole atau Pirimidin).
  • Buah cabai yang terserang antraknos dikumpulkan dalam kantung plastik tertutup dan dimusnahkan.
  • Gunakan fungisida sistemik bergantian dengan yang kontak dengan pola S-K-K-K-S dan seterusnya.
  • Untuk mengurangi volume fungisida gunakan spuyer kipas yang dapat menghemat volume penyemprotan sekitar 30%.
  • Bercak Fitoftora Phytophthora capsiciGejala awal pada buah adalah bercak seperti tercelup air panas dengan warna hijau buram, bercak ini dengan cepat menyebar pada luasan buah. Gejala berikutnya buah akan menjadi lembek / lunak dan berkerut. Tanaman muda dan bagian tanaman lain dapat diserang patogen ini.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi penyakit, terutama di musim hujan.
  • Tanaman muda yang terinfeksi penyakit di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Buah yang terinfeksi dimusnahkan.
  • Cendawan Phytophthora capsici dapat dikendalikan dengan fungisida sistemik Metalaksil-M 4% + Mancozeb 64% (Ridomil Gold MZ � 4/64 WP) pada konsentrasi 3 g/l air, bergantian dengan fungisida kontak seperti klorotalonil (Daconil � 500 F, 2g/l). Fungisida sistemik digunakan maksimal empat kali per musim.
  • Untuk mengurangi penggunaan pestisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.

  • 3. Penyakit cabe yang disebabkan virus

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Mosaik belang Cucumber Mosaic Virus (CMV) atau Tobacco Ecth Virus (TEV)Bentuk buah abnormal, melengkung dan atau permukaan tidak rata, warna buah belang kuning sepanjang alur buah. Warna kuning ini sangat menonjol pada buah yang masih berwarna hijau. Pada buah menjelang matang warna buah belang coklat dan kekuningan, dan waktu matang penuh buah berwarna merah (agak muda) yang merata.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg,TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi kutudaun sebagai vektor virus.
  • Tanaman muda yang terinfeksi virus di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Aplikasi insektisida untuk mengendalikan kutudaun menggunakan spuyer kipas agar terjadi pengurangan insektisida serbanyak 30%.

  • E. Penyakit yang disebabkan oleh factor lingkungan dan cara mengatasinya 

    Penyebab OPT atau penyebab penyakit dari lingkungan ini membuat tanaman sakit, menderita dan merugi, tetapi penyebab penyakit tidak memperbanyak diri dan tidak menular seperti lazimnya penyakit yang disebabkan oleh patogen hidup. Oleh karena itu pengendaliannyapun berbeda pula, lebih ditujukan kepada penyebab OPT yang non patogen dan ditujukan kepada memperbaiki lingkungannya. 

    1. Penyakit yang disebabkan oleh hama 

    a. Penyakit Karena Infestasi Hama Pengisap Daun

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Kerusakan oleh kutu daun Aphis sp.Daun muda berkerut dan agak belang kuning samar. Internode pendek sehingga letak daun lebih bertumpuk. Helaian daun sering ditutupi oleh suatu lapisan hitam tipis yang berasosiasi dengan kulit kutudaun yang lepas. Lapisan hitam ini adalah pertumbuhan jamur jelaga yang tumbuh pada ekskresi kutudaun yang manis seperti madu. Populasi kutudaun yang ekstrim tinggi dapat menyebabkan klorosis dan gugur daun yang menyebabkan buah tereduksi atau cacat karena sengatan matahari.

  • Lihat cara pencegahan hama kutudaun.
  • Pengendalian terhadap kutudaun sendiri dengan membiarkan musuh alaminya tetap tumbuh dan berkembang.
  • Insektisida yang dianjurkan untuk mengendalikan kutudaun antara lain Kartap hidroklorida (2g/l), Fipronil (2 cc/l), Diafenthiuron (2 cc/l).
  • Pengendalian terhadap populasi semut yang sering membawa kutudaun menjadi ternak piaraannya.
  • Kerusakan oleh tungau Tungau Polyphagotarsonemus latusDaun-daun menggulung ke bawah seperti dilinting sepanjang tulang daun, permukaan bawah daun berwarna tembaga kecoklatan dan mengkilat. Buah tidak berkembang dengan normal dan kulitnya dilapisi warna coklat keras. Bila serangan parah keseluruh pertanaman nampak kemerahan, lalu menggering dan tanamanpun jadi mati.

  • Dilakukan pantauan yang sering dan teliti. Tanaman muda (sampai masa berbunga pertama) kurang lebih umur 35 hari yang memperlihatkan daun ngelinting segera dipangkas daunnya, kemudian tanaman disemprot dengan akarisida, lalu tanah sekitar tanaman disiram dengan air untuk mempercepat pertumbuhan tunas.
  • Cara pengendalian lainnya lihat cara-cara pengendalian hama cabai.
  • Kerusakan oleh trips Trips palmiDaun keriting umumnya bagian tepi daun menggulung ke bagian dalam sehingga membentuk cekungan. Daun keriput dan lamina menyempit bila populasi trips sangat tinggi. Pada cekungan keriput daun di bagian bawah ditutup lapisan tipis yang berwarna coklat mengkilat. Buah bentuknya menjadiabnormal dan bercelah serta mengeras berwarna coklat buram. Trips mudah berkoloni terutama pada kelopak bunga dan aktif bergerak. Lihat cara-cara pengendalian hama cabai

    b. Penyakit cabe karena terjadinya perubahan kromosom

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Mutasi Perubahan jumlah kromosomGejala bisa bermacam-macam termasuk ke dalamnya perubahan daun yang indah seperti tanaman hias, bentuknya memanjang atau mengecil, defisiensi klorofil, daun varigata cimerik. Mata tunas sering tidak tumbuh. Mutasi sifatnya baka dan tidak menular. Tanaman seperti ini kalau tidak dikehendaki musnahkan saja.

    c. Penyakit cabe karena ketidakseimbangan lingkungan/ fisiologis

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Ujung busuk Kahat Kalsium dan air tidak seimbangBercak seperti tersiram air panas terbentuk pada ujung buah. Jaringan yang terinfeksi menjadi lunak busuk dan nampak seperti lapisan kulit. Buah-buah yang terinfeksi menjadi lebih cepat matang. Cendawan saprofitik sering tumbuh pada bekas luka tadi, begitupun bakteri busuk lunak bisa masuk ke dalam buah melalui luka yang terjadi.

  • Drainase tanah (tata air dan tata udara) dipersiapkan dengan baik.
  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Pada kelembaban yang berfluktuasi tidak memberi hara nitrogen berlebih.
  • Salinitas tinggi Konsentrasi garam yang tinggi pada tanahTanaman muda kerdil dan sering mati. Akar terbakar dan hipokotil atau batang tanaman mengering kemudian tanaman mati. Sering mematikan tanaman pada areal yang luas. Pada musim kemarau di daerah pesisir pemberian pupuk dikurangi dari dosis yang biasa. 2. Gunakan penyiraman dengan irigasi air tawar.
    Terbakar oleh sinar matahari Sinar matahari dan panas berlebihLuka putih bersih timbul pada bagian buah yang terkena sinar matahari langsung. Jaringan buah yang terkena menjadi busuk dan tinggal kulit buahnya yang menyerupai kertas. Pemberian naungan pada buah-buah yang terbuka mungkin dapat menolong.

    d. Penyakit cabe karena keracunan pestisida kimia (Fitotoksis)

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Mosaik antar tulang daun Keracunan FenvaleratDaun berwarna mosaik putih di bagian tengah atau antar tulang daun, dan bentuk daun tidak berubah.

  • Mengaplikasikan insektisida yang bersangkutan sesuai anjuran, atau dengan mengambil level terendah.
  • Waktu aplikasi insektisida air harus cukup.
  • Bila tanaman sudah keracunan siramkan air lebih banyak dan lebih sering.
  • Bercak dan pinggiran daun kering Keracunan karbofuranPada pinggiran daun timbul spot klorotik dan nekrotik. Spot yang menggabung membuat pinggiran daun sobek. Tanaman bisa menjadi kerdil.

  • Mengaplikasi dosis nematisida/insektisida ini sesuai anjuran atau dengan mengambil level terendah.
  • Waktu aplikasi pestisida air harus cukup.
  • Bila tanaman sudah keracunan, sirami dengan air lebih banyak dan lebih sering.
  • Mosaik pangkal daun Keracunan AsefatDaun muda cekung pada pangkalnya dan berwarna mosaik kuning atau menjala atau vein banding.

  • Mengaplikasi dosis insektisida ini sesuai anjuran atau dengan mengambil level terendah.
  • Waktu aplikasi insektisida air harus cukup.
  • Bila tanaman sudah keracunan, sirami dengan air lebih banyak dan lebih sering.
  • Bercak kering Keracunan ParaquatBercak�bercak kecil sampai diameter 3 mm berwarna putih sampai coklat. Bercak yang menggabung membentuk bercak nekrotik yang lebih besar dan daun gugur. Keracunan karena Paraquat mungkin disebabkan karena percikan semprotan dari herbisida ini yang diaplikasikan pada larikan (furrows) di kebun cabai atau dari udara akibat penggunaan alat semprot bertekanan tinggi di kebun-kebun yang berdekatan. Penyemprotan herbisida perlu hati-hati dan terkontrol.
    Daun abnormal Keracunan Phenoxy (2,4-D, MCPA, dll).Daun berubah bentuk mengkerut dengan pinggiran bergelombang menjadi memanjang, urat-urat daunnya menonjol (enasi) dan pinggiran daun bergelombang. Bunga gugur dan akar adventis tumbuh lebih banyak pada batang bagian bawah. Gambar 67 dari malformasi daun karena keracunan Phenoxy. Hati-hati dalam menggunakan herbisida ini

    Demikianlah pemirsa pembaca dimanapun anda berada, solusi cara efektif mengatasi berbagai penyakit yang menyerang tanaman cabe, sampai jumpa diartikel selanjutnya, selamat mencoba, salam. 



    SUMBER PUSTAKA

    Basuki, R.S. 1988. Analisis biaya dan pendapatan usahatani cabai merah (Capsicum annuum L.) di desa Kemurang Kulon, Brebes. Bul. Penel. Hort 16 (2) : 115-121. 

    Black, L., S.K. Green, G.L. Hartman, and J.M. Poulos. 1991. Pepper diseases : A field guide. Asian Vegetable Research and Development Center. 

    Biro Pusat Statistik. 2000. Jakarta. 

    Duriat, A.S., T.A. Soetiarso, L. Prabaningrum dan R. Sutarya. 1994. Penerapan pengendalian hama penyakit terpadu pada budidaya cabai. Balithort, Lembang. Badan Litbang Pertanian. 30 hal. 

    Duriat, A.S. dan S. Sastrosiswojo. 1995. Pengendalian hama dan penyakit terpadu pada agribisnis cabai. Dalam : Agribisnis Cabai (Ed. Santika). Penebar Swadaya. Jakarta: 98 � 121. 

    Duriat, A.S., 1996. Management of pepper viruses in Indonesia : Problems and progress. IARD Journal Vol. 18 (3) : 45-50. 

    Duriat, A.S. dan W. Setiawati, 1998. Hasil-hasil penelitian sayuran mendukung program pengendalian hama terpadu. Inovasi Teknologi Pertanian. Seperempat Abad Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Tomasu Offset Printing. Jakarta. 507-513. 

    Duriat, A.S. 1999. Non-chemical control of pests and diseases of hot pepper. IARD Journal Vol. 21 (2) : 21-26. 

    Duriat, A.S. 2002. Virus keriting ancaman serius tomat. Trubus 397. Desember 2002/XXXIII. 91. 

    Duriat, A.S., N. Gunaeni, Y. Kusandriani, E. Suryaningsih dan O.S. Gunawan 2003. Penentuan standar mutu benih cabai merah berdasarkan fenotipa, fisiologi, fisik dan kesehatan. Lap. APBN 2002/2003. Balitsa. 10 hal. 

    Duriat, A.S. dan N. Gunaeni, 2005. Hasil kajian pengendalian penyakit virus kuning pada cabai merah. Makalah disampaikan pada : Apresiasi Penerapan Penanggulangan Penyakit Virus Pada Cabai. Yogyakarta, 13-15 April 2005. 19 hal. 

    Fujisawa, I., T. Hanada and S.H. Anang. 1986. Virus diseases occuring on some vegetable crops in West Malaysia. Jpn. Agric. Res. Quart. 20 : 78-84. 

    George, R.A.T. 1985. Vegetable seed production. Group Limited, N.Y. 318p. 

    Hartono, S. 2003. Penyakit virus daun menggulung dan keriting pada cabai di Yogyakarta dan upaya pengendaliannya. Makalah pada Seminar Sehari Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Virus pada Cabai. Dir. Perlindungan Hortikultura. Dir. Jen. Bina Produksi Hortikultura. Jakarta. 6 hal. 

    Hidayat, S.H. 2003. Rangkuman hasil penelitian Gemini virus di Indonesia. Sebagai bahan diskusi untuk menghadapi peningkatan infeksi gemini virus pada cabai. Makalah pada Seminar Sehari Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Virus Pada Cabai. Dir. Perlindungan Hortikultura. Dir. Jen. Bina Produksi Hortikultura. Jakarta. 4 hal. 

    Oka, I.N. 1993. Pengantar epidemiologi penyakit tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 92 hal. 

    Purwati, E., B. Jaya dan A.S. Duriat 2000. Penampilan beberapa varietas cabai dan uji resistensi terhadap penyakit virus kerupuk. Jurnal Hortikultura Vol. 10, No. 2 : 88-94. 

    Pusat Karantina Pertanian, 1991. List of important plant pests already reported in Indonesia. 118 p. 

    Roff, M.M.N., and C.A. Ong, 1992. Epidemiology of aphid borne virus diseases on chilli Malaysian and their management. Proc. Conferrence on Chilli Pepper Production in The Tropic. Kuala Lumpur, 13-14 October 1992. MARDI AVRDC-MAPPS. 130-140. 

    Suryaningsih, E., R. Sutarya dan A.S. Duriat 1996. Penyakit tanaman cabai merah dan pengendaliannya. Teknologi Produksi Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Badan Litbang Pertanian. 64-84. 

    Van der Plank, J.E. 1963. Plant diseases : Epidemic and control. Acedemic Press, New York and London. 344 pp. 

    Zadoks, C.J. and R.D. Schein 1979. Epidemiology and plant diseases management. New York, Oxford. Oxford Univ. Press. 427 pp.

    Sabtu, 01 Oktober 2016

    Daftar Racun Ampuh Pembasmi Hama Trips Pada Tanaman Cabe Merah

    Cabe merah merupakan salah satu komoditi pertanian unggulan, agar hasil budidaya cabe merah maksimal, berbagai kendala harus diatasi, salah satunya kendala yang disebabkan oleh serangan hama Trips (Trips parvispinus) atau dikenal dengan kutu Trips.

    Meski pestisida alam cukup tersedia di alam, namun banyak juga petani kita yang menggunakan pestisida kimia dalam mengendalikan serangan Trips.

    Pada pembahasan kali ini kita akan sajikan daftar pestisida yang diijinkan oleh komisi pestisida, kementerian pertanian, daftar ini disusun oleh Tonny K Moekasan dan Laksminiwati Prabaningrum.

    Sebagai salah satu acuan untuk petani yang mengalami masalah dengan adanya serangan kutu trips pada cabe merah, silahkan lihat daftar pestisida ini, dan membelinya di toko-tok pertanian di tempat anda berdomisili.
    Racun ampuh pembasmi hama trips pada tanaman cabe merah
    (Trips pada kelopak bunga cabe)

    Bahan Aktif Merek Dagang
    Abamektin Agrimec 18 EC , Aspire 18 EC, Demolish 18 EC, Indomektin 20 EC, Isigo 18 EC, Kiliri 20 EC, Matros 18 EC, Mectimax 18 EC, Numection 20 EC, Phoscormite 18 EC, Rutin 18 EC, Sidamec 20 EC, Stadium 18 EC, Starmek 18 EC, Supemec 18 EC
    Alfa-sipermetrin Bestox 50 EC, BM alpha 100 EC, Faster 15 EC, Tetrin 36 EC, Valiant 50 EC
    Alfa-sipermetrin + Profenofos Atatte 210 EC
    Amitraz Lavista 200 EC
    Asefat Dafat 400 SL
    Beta-siflutrin Mastarin 25 EC
    Deltametrin Decis 25 EC, Delta 25 EC, Sancis 25 EC, Sidacis 25 EC,
    Diafentiuron Pegasus 500 EC
    Dimetoat BM Sucthion 400 EC, Danadim 400 EC, Decafen 400 EC, Destan 400 EC, Dimacide 40 0 SC, Kanon 400 EC, Perfektan 425 EC, Sidajos 430 EC, Toxafine 400 EC
    Etion Mition 500 EC
    Fenpropatrin Fenthrin 50 EC
    Fenvalerate Fenval 200 EC
    Fipronil Destar 50 SC, Fipros 55 SC, Regent 50 SC
    Imidakloprid Abuki 50 SL, Amirid 200 SL, Bima 10 WP, Caleb Tsan 28 EC, Confidor 200 SL, Deluose 200 SL, Imar 200 SL, Imidaplus 200 Sl, Interprid 200 SL, Jellin 100 SL, Lanidor 200 SL, Paztidor 200 EC, Rudor 200 SL, Starfidor 5 WP, Tygra 200 SL, Winder 25 WP
    Imidakloprid + Beta-siflutrin Solomon 300 OD
    Karbosulfan Jagabaya 200 EC, Marshal 200 EC
    Kartap Hidroklorida Kristal 50 WP, Padan 50 SP
    Klorfenapir Akosu 100 SC, Rampage 100 SC
    Klorpirifos Farin 200 EC, Magu 420 EC, Posban 200 EC, Radiant 200 EC
    Klorpirifos + Sipermetrin Nurelle D 500/50 EC
    Lambda-sihalotrin Matarin 25 EC, Setor 40 EC
    Malation Fyfanon 440 EW
    Profenofos Anwavin 500 EC, Curacron 500 EC, Electric 500 EC, Indocron 500 EC, Masicron 500 EC, Tabard 500 EC
    Propoksur Poksindo 200 EC
    Protiofos Tokuthion 500 EC
    Piraklofos Voltage 560 EC
    Sipermetrin Done 200 EC, Exocet 50 EC, Fastrin 100 EC, Sopeton 108 EC, Tombak 189 EC

    Sangat kami sarankan untuk anda yang menggunakan pestisida diatas, yakni membaca petunjuk cara pemakaiannya, dan menggunakannya dengan tidak berlebihan sesuai dengan dosis yang dianjurkan, karena penggunaan pestisida berlebihan bisa menimbulkan dampak resistensi, yang tidak saja terhadap hama trips tapi juga hama lainnya (serangga sekunder).

    Demikain pembahasan kita kali ini, semoga bermanfaat membantu petani cabe merah dalam mengatasi hama Trips, sampai jumpa pada pembahasan berikutnya, salam.

    Kamis, 29 September 2016

    Untuk Petani Yang Mencari Cara Mengatasi Ulat Bawang Ini Dia Daftar Lengkap Pestisidanya

    Bawang merah merupakan salah satu komoditi pertanian unggulan, agar hasil budidaya bawang merah maksimal, berbagai kendala harus diatasi, salah satunya kendala yang disebabkan oleh serangan ulat bawang.

    Meski pestisida alam cukup tersedia di alam, namun banyak juga petani kita yang menggunakan pestisida kimia dalam mengendalikan serangan ulat bawang.

    Pada pembahasan kali ini kita akan sajikan daftar pestisida yang diijinkan oleh komisi pestisida, kementerian pertanian, daftar ini disusun oleh Tonny K Moekasan dan Laksminiwati Prabaningrum.

    Sebagai salah satu acuan untuk petani yang mengalami masalah dengan adanya serangan ulat bawang, silahkan lihat daftar pestisida ini, dan membelinya di toko-tok pertanian di tempat anda berdomisili.


    Daftar pestisida untuk membasmi ulat bawang pada bawang merah

    Bahan Aktif
    Merek Dagang
    Alfa-Sipermetrin Alcove 50 EC, Fast 100 EC, Tetrin 36 EC
    Asefat Dafat 250 EC, Manthene 75 SP, Missel 75 SP
    Bacillus thuringiensis Delfin WG
    Beta-siflutrin Betathrin 250 EC, Bissa 50 EC, Buldok 25 EC, Inova 25 EC, Mastarin 25 EC, Passport 28 EC, Raydock 28 EC,
    Bifentrin Talstar 25 EC
    Deltametrin Basic 25 EC, Decis 25 EC, Deroll 25 EC, Jablai 25 EC, Oscar 25 EC, Starfos 25 EC,
    Deltametrin + Triazofos Sidathion 210/15 EC
    Diafentiuron Pegasus 500 EC
    Emamektin Benzoat Crumble 10 EC
    Esfenvalerat Sumialpha 25 EC
    Etofenproks Trebon 95 EC
    Fenitrotion Sumithion 500 EC
    Fenobukarb Dharmabas 500 EC, Gobang 110 EC
    Fenpropatrin Fenthrin 50 EC, Meothrin 50 EC, Meothrin 50 EC
    Fenvalerate Fenval 200 EC
    Flufenoksuron Cascade 50 EC
    Imidakloprid Folidol 10 WP, Folidol 200 SL
    Indoksakarb Ammate 150 SC
    Karbaril Petrovin 85 WP
    Karbofuran Dharmafur 3 GR, Varitas 3 GR, Ventura 5 GR
    Karbosulfan Borsal 200 EC, Marshal 200 EC, Matrix 200 EC
    Kartap Hidroklorida Kristal 50 WP, Padan 50 SP
    Klorantraniliprol Prevathon 50 SC
    Klorantraniliprol + Lambda-sihalotrin Ampligo 150 ZC
    Klorantraniliprol + Tiametoksam Virtako 300 SC
    Klorfenapir Rampage 100 SC, Tumagon 100 EC
    Klorfluazuron Atabron 50 EC
    Klorpirifos Ban-drol 400 EC, Beliung 200 EC, Boxer 200 EC, Chlormite 400 EC, Clobber 200 EC, Kresban 200 EC, Posban 200 EC, Sergap 410 EC
    Lambda-sihalotrin Buana 55 EC, Global 55 EC, Impact 25 EC, Jidor 25 EC, Matador 25 EC, Matarin 25 EC, Meteor 25 EC, Rolidor 25 EC, Sidador 30 EC, Stopper 25 EC
    Lufenuron Catapult 50 EC, Match 50 EC
    Metaflumizon Alverde 240 SC
    Metidation Supracide 25 WP
    Metomil Bomba 25 WP, Dangke 40 WP, Lannate 25 WP, Lannate 40 SP, Metin 40 SP, Metindo 25 WP, Metindo 80 SL, Metro 40 SP, Myltop 25 WP
    Novaluron Rimon 100 EC
    Permetrin Klensect 200 EC, Pentatrin 20 EC, Perkill 50 EC, Pounce 20 EC
    Phentoat Dharmasan 600 EC
    Profenofos Biocron 500 EC, Indocron 500 EC, Rolicron 500 EC, Sidacron 510 EC, Poksindo 200 EC
    Protiofos Tokuthion 500 EC
    Piraklofos Voltage 560 EC
    Siflutrin Kastuba 50 EC
    Sipermetrin Arrivo 30 EC, Copa 100 EC, Cypermax 100 EC, Erkatrin 30 EC, Exocet 50 EC, Fastrin 100 EC, Gemilang 110 EC, Instop 311 EC, Luzon 100 EC, Metal 30 EC, Pentasip 30 EC, Sopeton 108 EC, Tombak 189 EC, Vertigo 100 EC
    Spinosad Tracer 120 SC
    Tiodikarb Larvin 75 WP
    Triazofos Arcodion 200 EC, Biothion 200 EC, Higrade 200 EC, Miati 200 EC, Polythion 200 EC, Raydent 200 EC, Tontion 200 EC
    Trizofos Hostathion 200 EC
    Zeta-sipermetrin Fury 50 EC

    Sangat kami sarankan untuk anda yang menggunakan pestisida diatas, yakni membaca petunjuk cara pemakaiannya, dan menggunakannya dengan tidak berlebihan sesuai dengan dosis yang dianjurkan, karena penggunaan pestisida berlebihan juga akan menimbulkan dampak resistensi pada hama ulat bawang.

    Demikain pembahasan kita kali ini, semoga bermanfaat membantu petani bawang merah dalam mengatasi hama ulat bawang, sampai jumpa pada pembahasan berikutnya, salam.

    Jumat, 09 September 2016

    Solusi Mengatasi Hama Kumbang Pada Tanaman Mentimun

    Bicara soal mentimun hal pertama yang terlintas dalam pikiran saya adalah �Jus�, jus mentimun yang segar dingin dan nikmat disuatu pagi yang cerah, disebuah kedai minuman dengan ornament bamboo, aduhai sungguh nikmat, terlebih jika diiringi alunan syahdu Lois Amstrong �What a wonderful world�, semakin lengkap sudah.

    Tapi pemirsa secuil kenikmatan diatas tidak adil pula kiranya jika kita tidak membahas tentang bagaimana caranya mentimun yang tersaji dalam segelas minuman jus tersebut, bisa tumbuh sehat nikmat dibeli oleh pemilik kedai dan disajikan oleh pelayan dalam secangkir minuman, karena persolan membuat tanaman mentimun tersebut untuk tumbuh baik dan sehat membutuhkan perjuangan yang juga tidak mudah, dan kebanyakan petani mentimun masih mengalami persoalan yang pelik ketika tanaman mereka diserang oleh aneka serangga pengganggu.
    Ragam gejala serangan hama pada tanaman mentimun
    (Ragam gejala serangan hama pada tanaman mentimun)
    Mentimun atau dalam bahasa latinnya Cucumis sativus L, buah sayuran yang sangat dikenal dan banyak dikonsumsi masyarakat, disamping mengandung gizi yang lengkap, mentimun juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, dan dengan adanya organisme pengganggu baik itu berupa hama atau penyakit dapat mempengaruhi kuatitas dan kualitas buah yang dihasilkan.

    Kebanyakan hama yang mendominasi serangan pada mentimun adalah dari golongan serangga, menurut seorang pakar pertanian Tamo (2003) tanaman dari family Cucurbitaceae ini menjadi utama bagi kumbang mentimun Aulacophora similis, dengan tingkat serangan dilapangan berada pada posisi tertinggi.

    Karena itu upaya pengendaliannya harus dilakukan berdasarkan pada pertimbangan ekosistem, mengapa demikian karena jika menggunakan insektisida berlebihan dapat menyebabkan resistensi [lihat terjemahan istilah pertanian pada link ini] pada hama sasaran dan bisa memunculkan hama sekunder, bagaimana cara mengatasi hama pada tanaman mentimun ini, untuk alasan itulah artikl ini ditulis.

    Ada metode yang bisa diterapkan jika ingin membuat tanaman mentimun tahan terhadap serangan berbagai serangga pengganggu ini, metode tersebut kita rangkum dalam item dibawah ini.

    Salah satu metode yang paling efektif dan ampuh untuk membuat tanaman mentimun tahan terhadap serangan serangga kumbang ini adalah dengan memberikan ketahanan induksi, dengan mengetahui kemampuan tanaman mentimun yang memiliki sifat-sifat memungkinkan ia terhindar, atau pulih kembali dari serangan hama, dan kemudian tentu saja dengan harapan ketahanan tersebut bisa di wariskan, sehingga kemungkinan hama menggunakan tanaman mentimun sebagai inang bisa diprediksi.
    Salah satu serangga yang menyerang mentimun
    (Salah satu serangga yang menyerang mentimun)
    Cara memberikan ketahanan tanaman inang terhadap serangga hama adalah dengan memberikan semacam rangsangan yang tepat pada tanaman, yakni dengan memberikan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) namanya.

    Memperlakukan benih tanaman mentimun dengan PGPR dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun sekaligus mengurangi populasi kumbang mentimun, mengapa PGPR dapat membuat mentimun tahan terhadap hama kumbang, karena sifatnya yang mampu melakukan perubahan struktur dinding sel serta perubahan biokimia dan fisiologi, sehingga sintesa protein dan senyawa kimia lainnya dalam tanaman mentimun ikut terlibat dalam mekanisme pertahanan, jika anda ingin mengendalikan kumbang pengganggu pada mentimun gunakanlah PGPR, karena PGPR terbukti lebih efektif daripada menggunakan pestisida.

    Metode lainnya yang digunakan untuk membuat tanaman mentimun tahan terhadap serangan hama kumbang, adalah dengan melakukan modifikasi genetic, sehingga dengan demikian tanaman mampu menghasilkan senyawa kimia yang kurang disukai oleh hama kumbang, salah satu bentuknya adalah dengan menyilangkan mentimun yang memiliki rasa pahit dan yang tidak.

    Senin, 05 September 2016

    Cara Budidaya Jamur Tiram Putih


    Jamur tiram salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Permintaan pasar terhadap jamur tiram putih bisa dikatakan tidak tercukupi, jarang sekali kita temukan penjual jamur tiram putih yang tidak kehabisan stok dalam sehari. Untuk itu sudah selayaknya kita melirik usaha budidaya jamur tiram putih ini sebagai salah satu alternatif bisnis sampingan. Perawatan dan cara membudidayakan jamur tiram putih tidaklah sulit, sehingga bisa dijadikan bisnis sampingan saja. berbeda halnya dengan budidaya tomat dan cabai dimana kedua tanaman itu tidak bisa dijadikan pekerjaan sambilan.

    jamur tiram
    (Gambar jamur tiram)
    Sekilas tentang jamur

    Untuk memenuhi kebutuhan protein asam amino pada manusia sebaiknya konsumsi jamur kayu ini, jamur tiram mengandung 31 % protein, dengan demikian jamur ini pun turut serta menyehatkan bagi siapa saja yang mengkonsumsinya, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang dapat dimakan, jamur ini memiliki rasa khas disamping kandungan nutrisinya yang tinggi, selain bisa dijadikan sayuran jamur juga bisa dibuat menjadi penganan lain, misalkan keripik dan kerupuk, demikian pula dengan jamur shiitake.

    Jamur tiram dan jamur shiitake merupakan dua jenis jamur yang paling banyak dibudidakan, selain enak jamur ini juga mengandung enzim yang baik untuk kesehatan, seperti jamur shiitake, pada jamur ini terdapat asam amino yang mampu meredakan serangan virus influenza, dan menghambat pertumbuhan kanker, selain itu shiitake juga mengandung vitamin B1, B12 dan D12, untuk jamur kuping lendir yang terdapat pada jamur kuping dipercaya dapat menetralkan kolesterol dalam darah.

    Untuk membudidayakan jamur tidaklah terlalu sulit, disamping itu budidaya jamur juga tidak memerlukan lahan yang luas, jadi usaha ini sangat prospek sekali untuk menambah penghasilan, selain itu limbah hasil budidaya jamur juga dapat diubah menjadi puuk dan bahan yang baik untuk menggemburkan tanah.

    Apa saja bagian yang diambil untuk konsumsi dari jamur ini ?

    Umumnya tubuh jamur terdiri atas akar, batang (stipe), cincin dan tudung (pileus), tudung terdiri atas bilah-bilah lamella yang pada permukaan bawahnya terdapat spora, bagian yang diambil untuk dipanen dari jamur ini adalah tubuh buah jamur.

    Prosedur budidaya jamur tiram putih di blog ini ditulis secara garis besar saja dan lengkap dengan caranya, diharapkan petunjuk budidaya ini mampu anda kembangkan sendiri sehingga dapat menghasilkan produksi jamur tiram yang baik. Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk budidaya jamur tiram adalah sebagai berikut:

    1. Bibit, dalam hal ini usahakanlah bibit jamur tiram yang baik, apalagi bila anda termasuk sebagai pemula dalam budidaya jamur tiram maka sebaiknya belilah bibit yang berkualitas sehingga tidak terjadi kekecewaan pada proses budidaya.

    2. Media hidup, diperlukan beberapa bahan untuk wadah budidaya jamur tiram. Sewajarnya tanaman selalu memiliki media tumbuh, umumnya tumbuhan memerlukan tanah sebagai media hidup namu untuk jamur tiram tidak dibutuhkan tanah sebagai media hidup. Media hidup jamur tiram antara lain; dedak, sekam padi, serbuk gergaji, tepung jagung, kapas dan saat ini ada juga petani jamur yang telah mencoba membudidayakan jamur tiram putih dengan media kardus bekas dan lain-lain.

    3. Pengatur PH, dalam budidaya jamur dibutuhkan PH media hidup yang baik yakni berkisar 7, biasanya pengatur PH yang digunakan adalah tepung dolomite. Tepung dolomite murni warnanya putih bersih, dan dolomite yang terkontaminasi dengan besi umumnya berwarna putih kemerahan. Sebaiknya gunakan dolomite murni, dapat dibeli di toko pupuk pertanian.

    4. Wadah, untuk wadah budidaya jamur tiram dapat digunakan pelastik besar (polibek besar), kotak kayu, tong atau dorom dan lain-lain.

    Selanjutnya cara untuk memulai pembudidayaan jamur tiram putih, sebagai berikut:

    Pertama siapkan media yang akan kita gunakan untuk budidaya ini, salah satu media yang bisa anda buat adalah serbuk gergaji + tepung jagung + dedak. Adapun perbandingan dari bahan-bahan untuk media budidaya jamur tiram tersebut adalah; 75% + 15 % + 10 % dan semua diaduk dengan menambahkan air hingga kelembapan 60 %. Ciri-ciri kelembapan 60% media terasa basah jika digenggam, namun bila media digenggam dan diangkat tidak terjadi tetesan air. Setelah media tercampur merata tambahkan tepung dolomite untuk mengontrol PH media menjadi tujuh. Alat pengukur PH adalah kertas lakmus bisa dibeli di apotek.

    Selanjutnya masukkan media tersebut kedalam wadah (plastik) sekalian dipadatkan lalu tutupi dengan kapas. setelah wadah dan media disiapkan maka tiba waktunya menanam bibit jamur. Bibit jamur ditabur atau ditanamkan di bawah kapas, jadi angkatlah kapas penutup media dan taburkan bibit lalu tutup kembali media tersebut dengan kapas. sampai disini bisa dikatakan 70 % kegiatan budidaya jamur telah terlaksana. Lama masa pertumbuhan jamur tiram hingga panen adalah selama 40 hari sejak penaburan bibit hal ini sama halnya dengan masa panen dari cabe merah keriting. kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah tahap ini hanyalah kegiatan rutinitas penyiraman dan mengontrol sirkulasi udara yang rutin dilakukan setiap hari.

    Untuk anda yang ingin membudidayakan jamur dengan cara yang lebih teratur dapat dilakukan persiapan seperti dibawah ini. 

    Pembuatan Rumah Jamur (Kumbung)

    Sebenarnya untuk membuat kumbung atau rumah jamur, perlu disesuaikan dengan kebutuhan jumlah log tanam yang akan dibudidayakan, misalkan anda ingin memelihara sebanyak 500 � 1000 buah log tanam, maka diperlukan bangunan ukuran 6 m panjang x 4 m lebar x 4 m tinggi, bangunannya bisa dibuat dari kayu atau bamboo, dengan lantai bata merah, atap genting, untuk jamur tiram dan jamur kuping dapat dibuat berbilik-bilik, sedangkan untuk anda yang membudidayakan jamur shiitake bisa digunakan dua lembaran jaring plastic (kain kasa) berukuran kecil dan berwarna gelap.
    Kumbung tempat jamur
    (Contoh rumah tempat budidaya jamur)
    Berikut ini kita sajikan tahap pembuatan media bibit induk, bisa dilakukan untuk anda yang membudidayakan jamur tiram dan jamur kuping.

    1. Siapkan bahan baku yang terdiri atas biji-bijian atau campuran serbuk kayu gergaji albasia (SKG) ditambah biji millet dengan perbandingan 1:1

    2. Bahan diatas dicuci dan direbus selama 30 menit menggunakan pressure cooker atau dengan pand, kemudian tiriskan sampai kering.

    3. Setelah itu tambahkan kampur (CaCo3) 1%, gypsum (CaSO4) 1%, vitamin B kompleks atau bekatul 15%.

    4. Bahan diatas dimasukkan kedalam baglog polipropelin atau botol susu sebanyak 50 � 60 % volume wadah, kemudian sumbat dengan kapas/kapuk dan tutup dengan kertas Koran atau alumunium foil.

    5. Untuk anda yang memiliki autoclave, bahan-bahan diatas disterillkan pada suhu 121 derjad celcius, selama 2 jam, atau pasteurisasi selama 8 jam pada suhu 98 derajad celcius.

    6. Setelah suhu media bibit turun sampai suhu kamar, lakukan inokulasi dengan bibit sebanyak 2 � 3 koloni miselium per botol, langkah ini dilakukan didalam laminar.

    7. Media yang sudah diinokulasi, diinkubasikan dalam ruang incubator pada suhu 22 � 28 derajad celcius, selama 15 � 21 hari.

    8. Botol/ baglog berisi bibit atau disebut spawn dikocok setiap 3 hari agar pertumbuhan misellium bibit jamur dapat merata dan cepat serta tidak menggumpal dan mengeras.

    9. Setelah miselium jamur tumbuh dengan merata dan menutupi media, dapat digunakan sebagai bibit induk dan dapat disimpan dalam lemari pendingin bersuhu 4 derajad celcius selama 1 tahun bila tidak akan segera digunakan.

    Perlakuan pembuatan bibit induk untuk jamur shiitake

    1. Siapkan serbuk kayu gergaji sebanyak 8 kg, usahakan serbuk kayu yang berasal dari kayu keras, seperti jati, karet, atau dicampur dengan albasia, kemudian rendam serbuk selama 12 jam.

    2. Kemudian setelah 12 jam tiriskan sampai tidak ada airnya menggunakan saringan kawat/ ayakan besar.

    3. Tambahkan bekatul/ polar pakan ayam DOC sebanyak 7,5 kg, gypsum (CaSO4) 2 kg, dan air bersih kemudian aduk sampai merata hingga kadar air substrat mencapai 65% dan pH7.

    4. Substrat dimasukkan dalam baglog polipropilen, kemudian padatkan, dan beri lubang, pada bagian tengah diberi cincin dari paralon dan ditutup dengan kapas atau kertas minyak.

    5. Media tersebut disterillkan atau dipasteurisasi dengan cara disimpan dalam kamar uap, atau dalam drum dengan suhu media didalam baglog 95 derajad celcius selama 8 jam.

    Langkah 1 � 5 diatas dilakukan pada hari yang sama.

    Setelah suhu baglog turun sampai suhu kamar, lakukan inokulasi substrat dengan spawn, inokulasi dilakukan dalam laminar, jumlah bibit yang digunakan 10 � 15 g/kg media.

    6. Baglog yang sudah diinokulasi dengan spawn diinkubasi dalam rumah jamur/ kumbung, ruang inkubasi dijaga agar tetap kering dan bersih, pada suhu 22 � 27 derajad celcius tanpa cahaya, RH 95 � 100 %, CO2 besar dari 10.000 ppm, O2 0 � 1 jam (kapasitas terpasang), inkubasi umumnya berlangsung selama 8 � 12 minggu.

    7. Setelah 7 � 15 hari baglog dibuka/dipotong bagian atasnya, dan cincin serta sumbat kapas dibuka, cara membuka baglog berbeda-beda, yaitu dengan dibuka lebar bertahap mengikuti terjadinya browning atau dibuka sekalgus setelah browning lebih besar 75%.

    8. Setelah bakal tubuh buah tumbuh, dilakukan penyiraman dengan air bersih agar jamur dapat tumbuh, penyiraman dengan cara pengabutan 3 kali sehari dengan air secukupnya, suhu rumah jamur dijaga antara 21 � 27 derajad celcius, dengan kelembapan 60 � 80 %, cahaya 500 � 2000 lux (dengan lampu atau jendela dibuka), ventilasi 4 � 8 jam dengan kadar CO2 kecil dari 1000 ppm.
    jamur shiitake
    (Jamuir Shiitake)

    Masa panen dan pasca panen

    Panen jamur tiram maupun jamur kuping dapat dilakukan lebih dari 9 kali dalam waktu 3 bulan, tergantung pada cara pemeliharaannya, penyiraman dan kebersihan kumbung, panen dilakukan 2 � 3 kali dalam seminggu.

    Untuk bisa mencapai masa panen maksimal kesegaran jamur bisa dipertahankan dengan cara menyimpannya pada suhu 1 � 5 derajad celcius, dan melakukan penyemprotan menggunakan larutan Na-bisulfat 0,1 � 0,2 % (1000 � 2000 ppm), pengawetan jamur dapat dilakukan dengan cara pengeringan, pengasapan dan pemberian senyawa kimia seperti garam dapur, asam nitrat, sulfide, K-bikarbonat dan K-meta-bisulfida.

    Sedangkan untuk jamur shiitake panen dapat dilakukan lebih dari 5 kali dalam waktu 5 � 8 bulan, tergantung juga pada cara pemeliharaan, penyiraman, kebersihan kumbung, dan strain yang digunakan, penanganan pasca panen jamur shiitake dilakukan dengan langkah-langkah yang sama seperti jamur tiram dan jamur kuping.

    Nah pemirsa demikianlah tadi tentang cara membudidayakan jamur yang bisa dimakan, lengkap dengan teknis pelaksanaannya, sampai jumpa dipembahasan selanjutnya.

    Salam �

    Kamis, 18 Agustus 2016

    Varietas Jagung Manis Tropika Dan Cara Menanamnya Secara Organik

    Jagung sudah dikenal sebagai tanaman yang banyak di budidayakan, baik itu untuk bahan pakan ternak maupun untuk sayuran, dan jagung manis mendapati tempat tersendiri dihati penikmatnya, untuk muda-mudi yang sedang jatuh cinta, dan kekurangan modal membawa pasangannya ketempat yang lebih mentereng, sudah tentu sangat mengenal makanan murah meriah ini di pinggiran pantai, dan terkadang seperti suatu peristiwa ajaib, dengan membelikan pasangannya sebuah jagung manis yang sudah bakar, maka ia sudah sangat terpesona melihat arjunanya, hehehe � serius banget lo.

    Kembali ke laptop! Pemirsa yang budiman kali ini pembahasan kita adalah jagung manis, dalam usaha pertanian jagung manis sangat menguntungkan untuk ditanam, mengapa demikian karena harganya lebih mahal dibanding dengan jagung tidak manis (jagung biasa), meski dengan resiko yang sedikit lebih tinggi dari budidaya jagung biasa, namun petani dan penggiat penelitian pertanian tetap semangat untuk menanamnya.

    Beberapa merek varietas jagung manis yang cocok untuk daerah dataran rendah tropika adalah :

    1. USDDA 34

    2. Improved 34

    3. Puerto rico 50

    4. Golden bantam

    5. Golden gem

    6. Hawaian supersweet

    Jagung tidak manis atau jagung biasa atau jagung berpati juga bisa menjadi jagung manis yang laku dijual di pasar untuk dijadikan sayur, dengan syarat jagung tersebut dipanen pada waktu usia muda, untuk jagung semacam ini varietas lokal biasanya mempunyai rasa yang lebih baik dari pada jagung hasil persilangan unggul, dan merek varietas yang cocok dibudidayakan untuk dataran rendah tropika adalah sebagai berikut :

    1. Chinta 

    2. Metro

    3. Suwan

    4. Coastal composit

    5. Katumani (untuk daerah afrika timur)

    Peluang bisnis untuk jagung manis sangat terbuka lebar, bagaimana tidak dari nilai jual saja jagung manis cukup tinggi dan pasarnya tidak pernah surut, karena jagung manis bisa dikonsumsi langsug misalnya untuk dibakar atau direbus.

    Secara sederhana sebuah jagung dikatakan jagung manis karena terjadinya peristiwa genetic, yakninya mutasi gen resesif yang menghambat perubahan gula menjadi pati, dan selama proses fisiologinya berlangsung kadar gula pada jagung terus meningkat, makanya ia terasa manis.

    Hampir semua tanah bisa digunakan untuk budidaya jagung manis, jenis tanah yang paling baik geluh dan gembur , sedangkan untuk tanah yang memiliki tingkat keasaman tinggi dengan pH dibawah 5,0 perlu diberi kapur, untuk areal pertanaman seluas satu hektar sebaiknya diberikan kapur sebanyak 1 ton/ha selama setahun.

    Jagung manis bisa tumbuh dalam berbagai iklim karena tanaman ini punya kemampuan beradaptasi yang baik, dan di Negara Indonesia petani membudidayakannya di dataran rendah dan juga didaerah pegunungan (1800 MDPL), dan suhu optimum yang dibutuhkan jagung manis berkisar antara 21 � 27 derajat Celsius.

    Cara pengolahan tanah untuk menanam jagung manis secara organic

    Untuk bertanam jagung manis secara organic sangat perlu diperhatikan kebutuhan haranya, karena jagung ini memerlukan unsure nitrogen (N) yang tinggi, untuk mempersiapkan unsure N yang cukup terkadang sebelum dilakukan penanaman jagung manis, areal tersebut ditanam dengan tanaman jenis kacang-kacangan, tanaman kacang-kacangan sangat cepat dan mudah dalam mengikat N untuk tanah, namun demikian keseimbangan pemberian pupuk penting untuk diperhatikan, yakni keseimbangan antara Nitorgen, Kalium dan Pospat.

    Areal lahan bekas bertanam padi sawah bisa digunakan langsung untuk bercocok tanam jagung manis ini, dengan syarat airnya tidak tergenang, atau bisa juga disiapkan bedengan untuk mengatur drainasenya, ukuran bedengan bisa dibuat selebar satu meter, dan tingginya duapuluh sampai tigapuluh sentimeter, pada saat dilakukan penanaman jagung manis sebaiknya dibuat jarak antar bedengan sebesar tigapuluh sentimeter.

    Untuk bertanam jagung secara organic ini kebutuhan pupuk sekitar 5 ton per hektar, adapun pupuk yang diberikan sebelum dilakukan penanaman adalah sebagai berikut :

    1. Kotoran ayam

    Gunanya untuk pengikat N lebih banyak dan cepat terurai

    2. Kotoran sapi

    Untuk memenuhi kebutuhan K dan P

    3. Kotoran kambing

    Juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan K dan P

    Cara penanaman jagung manis organik

    1. Dengan cara tanam tugal

    Cara ini merupakan cara tanam yang paling baik, untuk melakukannya perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

    a. Buat lubang sedalam 2 � 3 cm

    b. Masukan 2 butir benih jagung manis

    c. Setelah itu tutup dengan tanah dan kompos

    d. Penyiraman dilakukan agar kelembapannya tetap terjaga

    Dalam usaha bertanam jagung manis yang ideal benih yang dibutuhkan 8 kg per hektar, dengan jarak tanam 60 � 75 cm.

    Hama penyakit pada tanaman jagung manis dan cara pengendaliannya

    Dibawah ini kita sajikan beberapa hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung serta cara pengendaliannya.

    Hama Penyakit Gejala Dan Cara Mengatasinya
    Hawar pelepah (Rhizoctonia solani) Gejalanya berupa busuk pada pelepah, awalnya menyerang pada bagian tanaman yang terdekat dengan tanah kemudian menjalar ke bagian lain. Pada varietas tertentu bisa menyerang hingga ke tongkol buah. Pengendaliannya dengan mengatur budidaya jagung manis ke musim kemarau, menanam varietas yang memiliki jarak tongkol dari tanah cukup tinggi, merompes daun-daun yang bersentuhan dengan tanah, menyiangi kebun, memotong bagian tanaman yang terserang dan mengaplikasikan rotasi tanaman
    Hawar daun (Curvularia sp.)
    Cendawan ini menyebabkan hawar daun dengan gejala awal bercak tak beraturan di ujung daun, pusat bercak berwarna coklat keputihan dengan pinggiran coklat tua. Bercak meluas ke pangkal daun hingga membuat seluruh daun mengering. Penyakit ini cepat menyebar pada kondisi kelembaban dan curah hujan tinggi. Pengendaliannya dengan memilih varietas tahan, perbaikan drainase tanah, meningkatkan sanitasi kebun dan menghilangkan tanaman atau bagian tanaman yang terkena.
    Hawar daun (Helminthosporium turcicum)
    Penyakit ini menyerang daun dengan gejala awal bercak-bercak kecil berbentuk oval yang berkembang menjadi hawar berwarna coklat keabu-abuan. Biasanya serangan ditemukan pada daun tua (bawah) kemudian menjalar ke daun muda (atas). Pada keadaan yang parah bisa menyababkan kematian pada tanaman dengan penampakan daun kering seperti terbakar. Untuk mengendalikannya gunakan varietas yang tahan, pengolahan tanah yang baik, penyiangan dan pengaturan jarak tanam. Pada budidaya jagung manis non-organik bisa diaplikasikan fungisida
    Karat (Puccinia sorghi)
    Gejalanya terdapat bercak-bercak bisul berwarna coklat sampai oranye pada permukaan daun bagian atas. Penyakit ini biasanya menyerang jagung yang ditanam di daerah beriklim tropis hingga sedang. Penyakit ini berkembang baik pada suhu 16-23 derjat Celsius dengan kelembaban tinggi. Bisa dikendalikan dengan pemilihan varietas benih, menjaga sanitasi kebun dan aplikasi biopestisida apabila bisul muncul pada permukaan daun
    Bule (Peronosclespora Maydis)
    Gejala penyakit bule adalah permukaan daun bergaris-garis putih sampai kuning diikuti dengan warna coklat. Kemudian kerusakan menyerang tongkol. Penyakit ini bisa menyerang disepanjang musim tanam, namun kasus terbesar menyerang budidaya jagung manis yang ditanam diluar musim atau terlambat tanam. Serangan penyakit ini menyebabkan kerusakan yang besar, bisa menyebabkan kehilangan hinga 100%. Serangan penyakit bule bisa dihindari dengan pemilihan varietas benih yang tahan Peronosclespora Maydis, memusnahkan tanaman terinfeksi, penanaman sesuai musim, dan rotasi tanaman
    Tikus (Rattus argritiventer)
    Hama ini biasanya menyerang tanaman jagung manis yang ditanam di lahan sawah. Tikus memakan tongkol muda yang sedang matang susu, umumnya tikus memakan tongkol dari ujung hingga pertengahan pangkal. Pengendalian hama tikus secara organik adalah dengan memburu dan membasmi tikus dari sarangnya
    Belalang (Valanga nigricornis)
    Hama ini banyak berkembang didataran rendah yang berupa padang rumput atau pesawahan. Beberapa musuh alami belalang adalah Systoechus sp, burung dan laba-laba. Selain itu patogen seperti Metarhizium anisopliae merupakan musuh belalang
    Kutu Daun (R. maidis)
    Hama ini mengeluarkan embun madu pada daun yang berubah menjadi jelaga warna hitam. Noda-noda tersebut akan menghambat daun melakukan fotosintesis. Musuh alami hama ini adalah Lysiphlebus mirzaiCoccinella sp. dan Micraspis sp. Kultur teknis yang bisa dilakukan untuk menghindari serangan hama ini dengan melakukan polikultur tanaman atau menumpangsarikan jagung manis dengan tanaman lain
    Ulat Tongkol (H. armigera)
    Hama ini menyerang tongkol jagung. Pada awalnya imago meninggalkan telur pada rambut-rambut jagung. Setelah larva tumbuh akan masuk kedalam tongkol. Hama ini mempunyai kebiasaan berpindah-pindah, sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tongkol jagung bisa lebih banyak dibanding jumlah larvanya. Pencegahan terhadap hama ini adalah dengan menerapkan pengolahan tanah yang baik. Pengolahan tanah yang akan mengurangi populasi ulat tongkol berikutnya. Musuh utama dari hama ini adalah Trichogramma spp. yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa parasit pada larva muda.
    Penggerek batang jagung (O. furnacalis)
    Hama ini menyerang tanaman pada vase vegetatif maupun generatif. Kerusakan tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan. Penggerek batang jagung bisa dikendalikan secara teknis dengan mengatur rotasi tanam seperti dengan kedelai dan kacang tanah. Selain itu bisa juga dengan dengan memotong bunga jantan dan menerapkan waktu tanam yang tepat. Pembasmian hayati dengan memanfaatkan musuh alami seperti Trichogramma spp. atau predator alami Euborellia annulata yang memangsa larva

    Cara Panen Jagung Manis

    Jagung manis mulai berbunga setelah 50 hari. Sepuluh hari sebelum panen utama, sebaiknya dilakukan panen jagung muda. Pada masa ini akan tumbuh dua tongkol jagung, petik tongkol yang paling bawah. Pemanenan tongkol muda dimaksudkan agar asupan nutrisi pada tongkol utama tercukupi, sehingga hasilnya maksimal. Selain memetik tongkol muda, papaslah daun bagian bawah sebanyak 2-3 helai. Apabila muncul kembali tunas-tunas buah muda sebelum panen utama, petiklah sebagai panen tambahan. Panen utama budidaya jagung manis bisa dilakukan setelah tanaman berumur 65-75 hari.

    Metode panen seperti ini cocok dilakukan untuk jenis tanaman jagung manis satu tongkol. Jenis ini digunakan luas oleh para petani di Indonesia, seperti varietas Seleksi Dramaga-2 (SD-2). Ada juga varietas jagung manis 2 tongkol, dimana dua tongkol jagung dibiarkan tumbuh hingga panen akhir.

    Demikian pembahasan singkat tentang varietas jagung manis yang ditanam dengan cara organic, sampai jumpa pada artikel selanjutnya.

    Elha Amalia Baso