Senin, 10 Oktober 2016

286 Pestisida Yang Digunakan Untuk Membasmi Ulat Grayak Pada Tanaman Cabai

Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu fase serangga hama yang menyerang tanaman cabe atau yang jenis tanaman Solanacearum lainnya, banyak petani dibuat pusing dengan ulat yang satu ini, bagaimana tidak fase larva dari kupu-kupu cantik ini memakan daun rakus sekali, sehingga menyebabkan daun tidak maksimak berfotosintesis. 

Ulat ini jika menyerang tanaman cabe disepanjang areal pertanaman cabe, bisa membuat petani bangkrut, karena kurangnya produksi buah. 

Kami mencoba menjawab pertanyaan seorang kawan di daerah Lampung, Indonesia, tentang pestisida apa saja yang bisa digunakan untuk mengatasi serangan ulat grayak ini. 
Ulat Grayak Pada Tanaman Cabai
(Ulat Grayak Pada Tanaman Cabai)

Sebanyak 286 jenis pestisida yang kami kumpulkan, dan digunakan untuk membasmi ulat grayak ini, semoga dengan diterbitkannya artikel ini, turut pula membantu kawan-kawan petani lainnya diseluruh dunia, yang sedang bingung mengatasi serangan ulat grayak pada tanaman cabe, dan tentunya kami berharap daftar pestisida untuk mengatasi ulat grayak pada tanaman cabai, menjadi salah satu solusi petani cabe, agar tanaman cabenya menghasilkan produksi buah yang banyak. 

Daftar pestisida yang dituliskan disini adalah pestisida yang beredar di Indonesia, untuk kawan-kawan petani yang berada di luar Indonesia, silahkan simak bahan aktif kandungan pestisidanya, dan barangkali di luar Indonesia pestisida tersebut diproduksi dengan merek dagang berbeda. 

Berikut daftar pestisida yang bisa digunakan untuk mengatasi serangan ulat grayak pada tanaman cabe. 

Daftar pestisida yang digunakan untuk membasmi hama ulat grayak pada areal pertanaman (budidaya) cabe.

Bahan Aktif Merek Dagang
Abamektin Alfamex 18 EC, Asmec 36 EC, Bamex 18 EC, Devamec 18 EC, Diomec 18 EC, Habamec 18 EC, Matros 18 EC
Alfa-sipermetrin Alfatox 50 EC, Alphas 50 EC, Altac 15 EC, Amethyst 40 EC, Army 30 EC, Asterking 15 EC, Baldor 50 EC, Cyborg 15 EC, Fastac 100 SC, Jaguar 50 EC, Kenfas 100 EC, Legacy 15 EC, Patriot 50 EC, Sangkur 50 EC, Topaz 15 EC, Valiant 50 EC
Asefat Afate 75 SP, BM Promax 75 SP, Chepate 75 SP, Joker 75 SP, Lancer 75 SP, Manthene 75 SP, Megastar 75 SP, Orthene 75 SP, Ortran 75 SP, Pastifat 75 SP, Prathen 75 SP, Roteen 75 SP, Sepate 40 EC, Starthene 75 WG
Beta-siflutrin Buldok 25 EC, Cakram 25 EC, Goldtrin 50 EC, Liebas 50 EC, Lotsa 50 EC, Prado 25 EC, Raydock 28 EC, Sumo 50 EC
Beta Sipermetrin Chix 25 EC
Deltametrin Aggressive 25 EC, Akomethrin 25 EC, Amonite 25 EC, Antarmet 25 EC, Basic 25 EC, Bectary 25 EC, Biocis 25 EC, BM Delta 28 EC, Clutch 25 EC, Dario 25 EC, Darmacis 50 EC, Decis 25 EC, Deltara 50 EC, Deroll 25 EC, Detrin 25 EC, Jablai 25 EC, Megadis 25 EC, Oscar 25 EC, Pilar delta 25 EC, Prima-fast 50 EC
Diazinon Agrostar 600 EC
Diflubenzuron Dimilin 25 WP
Dimetoat Decafen 400 EC, Destan 400 EC, Makrosan 400 EC, Pilarmax 400 EC, Santoat 400 EC
Emamektin Benzoat Crumble 10 EC, Decore 21 EC, Noclaim 19 EC
Esfenvalerat Sumialpha 25 EC
Etion Mition 500 EC
Fenobukarb Amabas 500 EC, Benhur 500 EC, Dharmabas 500 EC, Emcindo 500 EC, Gobang 110 EC, Greta 500 EC, Ingrobassa 500 EC, Nonstop 400 EC, Pentacarb 500 EC, Sanet 7 SP, Sidabas 500 EC, Tamabas 500 EC, X-treme 500 EC
Fenpropatrin Amicide 200 EC, Meothrin 50 EC
Fenvalerate Akurat 200 EC, B-Son 200 EC, Fenticide 200 EC, Fentop 30 EC, Fenval 200 EC, Sanval: 200 EC, Zetval 200 EC
Fipronil Uno 50 SC
Flubendiamide Gabbar 200 SC, Takumi 20 WG
Hexaflumuron Aster 50 EC
Imidakloprid Amida 200 SL, Bima 10 WP, BM Imida 200 SL, Imidastar 200 SL, Interprid 25 WP, Neptune 25 WP, Rudor 200 SL, Rudor 5 WP, Salvador 25 EC, Sanfidor 200 SL, Tygra 200 SL, Zychate 25 WP
Imidakloprid + Beta-siflutrin Solomon 300 OD
Imidakloprid + Sipermetrin Total 10/40 EC
Indoksakarb Ammate 150 SC
Karbaril Sandovin 85 WP
Karbofuran Dharmafur 3 GR, Kresnadan 3 GR, Truper 3 GR, Varitas 3 GR, Ventura 5 GR
Karbosulfan Jagabaya 200 EC, Taurus 200 EC
Kartap Hidroklorida Barrier 20 SP, Barrier 5 GR, Kardan 50 SP, Padan 50 SP, Zidan 50 SP
Klorantraniliprol Prevathon 50 SC
Klorantraniliprol + Lambda-sihalotrin Ampligo 150 ZC
Klorantraniliprol + Tiametoksam Virtako 300 SC
Klorfenapir Rampas 200 EC, Sobatani 100 EC, Tampage 100 EC, Tumagon 100 EC
Klorfluazuron Atabron 50 EC, Ayuna 50 EC
Klorpirifos Beliung 200 EC, Boxer 200 EC, Clobber 200 EC, Ichiban 250 EC, Kaliandra 482 EC, Megafos 200 EC, Petroban 200 EC, Topban 400 EC, Tosbone 100 EC, Wilbo 200 EC
Klorpirifos + Alfa-sipermetrin Tugard 160/10 EC
Klorpirifos + Sipermetrin BM Cychlophos 500/50, Conserve 500/50 EC, Kabrux 160/10 EC
Lambda-sihalotrin Akhocytrin 50 EC, Bidak 25 EC, BM Lamda 50 EC, Brantas 25 EC, Buana 55 EC, Cash 25 EC, Cucak Rowo 25 EC, Gladiol 25 EC, Granat 25 EC, Hamador 25 EC, Hamasid 25 EC, Indodor 50 EC, Jidor 25 EC, Labrador 25 EC, Lampion 25 EC, Matador 25 EC, Megda 25 EC, Meteor 25 EC, Polydor 25 EC, Rodeo 25 EC, Rolidor 25 EC, Rudal 25 EC, Samador 25 EC, Santador 25 EC, Setor 40 EC, Sidador 30 EC, Taekwando 25 EC, Tamador 25 EC, Tamigon 25 EC, Trajet 25 EC, Trigon 25 EC
Lufenuron Match 50 EC
Malation Ransell 570 EC
Metaflumizon Alverde 240 SC
Metomil Agrinate 40 SP, Lannate 40 SP, Metindo 25 WP, Metindo 40 WP, Milamex 40 SP, Tamilto 25 WP
Monosultap + Flubendiamide Spontanking 68 WP
Novaluron Rimon 100 EC
Permetrin Centatin 200 EC, Digital 50 EC, Extratin 200 EC, Klensect 200 EC, Meriam 50 EC, Prego 20 EC, Primatin 50 Ec, Prince 123 EC, Shadow 50 EC, Volcano 200 EC
Phentoat Dharmasan 600 EC, Fentosan 650 EC, Veto 650 EC
Phoksim Catleya 500 EC, Daitona 400 EC, Fokker 500 EC, Spodo 200 EC
Profenofos Akron 500 SC, Biocron 500 EC, Callicron 500 EC, Camacron 500 EC, Curacron 500 EC, Curocrop 500 EC, Finsol 500 EC, Fortegold 500 EC, Kenselec 500 EC, Musuhama 500 EC, Rolicron 500 EC, Santacron 520 EC, Seledol 450 EC, Stacron 500 EC, Syncron 500 EC
Propoxur Poksindo 200 EC
Protiofos Carolit 500 EC, Tokuthion 500 EC
Sipermetrin Arfo 30 EC, Astertrin 250 EC, Atro 30 EC, Bento 50 EC, Blasterin: 30 EC, Bravo 50 EC, Cedric 100 EC, Crowen 113 EC, Cycat 50 EC, Cypermax 100 EC, Cyplus 100 EC, Cyrux 50 EC, Domino 100 EC, Erkatrin 100 EC, Etbaf 200 EC, Famethrin 45 EC, Genius 100 EC, Hoky 30 EC, Jeel 50 EC, Knifo 30 EC, Kokan 100 EC, Megacyper 250 EC, Metal 30 EC, Metrin 30 EC, Miodan 25 WP, Miodan 50 EC, Molthrin 100 EC, Opera 100 EC, Pelle 50 EC, Predict 50 EC, Rajatrin 250 EC, Record 50 EC, Salvo 30 EC, Sancord 50 EC, Sangit 50 EC, Santrino 100 EC, Tanicord 50 EC, Tikam 50 EC, Vitathrin 50 EC, Vivo 30 EC
Spinoteram Endure 120 SC
Spinosad Tracer 120 SC
Tiodikarb Rosco 75 WP, Trail 75 WP
Triazofos Biothion 200 EC, Detafos 200 EC, Maestro 200 EC, Mio 200 EC, Polythion 200 EC

Demikian pemirsa daftar racun yang bisa digunakan untuk mengatasi atau membasmi hama ulat grayat pada pertanaman cabe, selamat mencoba, salam.

Senin, 03 Oktober 2016

Cara Mengatasi Berbagai Penyakit Pada Tanaman Cabe

Kalau saja cabe tidak begitu penting dalam menunjang hidup manusia, barangkali kita tidak akan pernah membahas bagaimana caranya buah cabe ini menguntungkan bagi petaninya, namun fakta kehidupan berkata lain, semakin hari semakin banyak persoalan yang ditimbulkan tentang bagaimana caranya agar cabe ini tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang banyak.

Aneka persoalan yang timbul dalam usaha budidaya cabe, mulai dari persoalan harga sampai pada persoalan tentang kesuburan dan cara menghindari tanaman cabe dari berbagai serangan penyakit.


Beragam solusi yang ditemukan untuk membuat tanaman pedas ini menguntungkan bagi petaninya, sepertinya bukanlah sebuah rumus yang bisa diterapkan sepanjang masa.

Pada musim tanam kali ini petani cabe mungkin beruntung dengan hasil panen yang melimpah dan harga jual yang tinggi, namun pada musim tanam berikutnya penanaman cane tersebut belum tentu berhasil.

Nah bagaimana caranya kita mendapat pedoman yang baik dan solusi ampuh, agar pertanaman cabe beruntung sepanjang masa.

Karena begitu banyaknya factor terkait yang menjadi syarat agar tanaman cabe bisa berhasil sepanjang musim tanam.

Berdasarkan analisa diatas kami mencoba merangkum beragam penyakit pada tanaman cabe dan cara mengendalikannya.

Seperti yang kita ketahui tanaman cabe berpotensi terkena penyakit pada sepanjang fase pertumbuhannya, mulai semenjak biji, persemaian, masa pertumbuhan, masa produksi buah, hingga potensi gangguan dari lingkungan eksternal lainnya.

Sekarang kita akan bahas satu persatu cara mengendalikan berbagai penyakit pada tanaman cabe, dengan harapan pemirsa yang mengalami masalah dengan pertanaman cabenya, bisa terbantukan menemukan solusi praktis dan efektif.

A. Penyakit cabe ketika menjadi biji

1. Kemungkinan terkena bakteri

Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
Tidak diketahui namanya Xanthomonas campateris pv vesicatoriaTidak tampak biji terlihat normal saja

  • Gunakan benih bersertifikat
  • Rendam dengan NaOCL 1,3 % selama lebih kurang 1 menit atau larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,75% selama 10 nmenit

  • 2. Biji cabe yang terkena cendawan

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Tidak diketahui namanya Colletotrichum spp (capsisi dan gleosporioides)Terkadang tidak semua biji yang terkena memperlihatkan gejala, adakalanya biji terlihat sehat, biji yang terkena cendawan bisa terlihat hitam atau coklat kehitaman dengan bentuk biji tidak bernas.

  • Gunakan benih bersertifikat
  • Tidak menanam biji yang berbentuk dan berwarna tidak normal pada saat musim tanam dimulai
  • Beri perlakuan dengan merendam biji dalam air panas, bersuhu kira-kira 55 derajat celcius selama 30 menit, atau merendamnya dengan fungisida selama kurang lebih 1 jam, contoh fungisida yang bisa digunakan seperti Triazole atau pyrimidin.

  • 3. Biji cabe yang terkena virus

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Tidak Bernama Tobacco Mosaic Virus (TMV), terkadang juga Cucumber Mosaic Virus (CMV)Biji cabe yang terkena virus sangat sulit untuk dilihat gejalanya Biji direndam dalam larutan Na3PO4 selama 1-2 jam, jika bijinya kering rendam selama semalam.

    B. Penyakit cabe pada masa persemaian dan cara mengatasinya 

    1. Penyakit cabe yang disebabkan bakteri

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Layu Bakteri Ralstonia solanacearumDaun tanaman muda layu dimulai dari pucuk, selanjutnya bagian tanaman layu dan mati.

  • Gunakan media persemaian dari tanah (yang diambil dari lapisan sub soil, 1,5 � 2 meter dibawah permukaan tanah) pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali dengan perbandingan 1:1:1, campuran ketiga media ini di pasteurisasi selama 2 jam.
  • Persemaian yang terinfeksi harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.
  • Naungan tempat persemaian secara bertahap dibuka agar matahari masuk dan membuat tanaman menjadi lebih kuat.
  • Penggunaan fungisida atau bakterisida selektif dengan dosisi batas terendah.

  • 2. Penyakit cabe yang disebabkan cendawan

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Rebah kecambah atau damping off Rhizoctonia solani, Pythium spp, Fusarium spp, Phytophthora sp atau Colletotrichum spp.Semaian cabe gagal tumbuh, biji yang sudah berkecambah mati tiba-tiba, atau semaian kerdil karena batang bawah atau leher akar busuk dan mengering, pada bedengan persemaian Nampak kebotakan kecambah atau persemaian cabe secara sporadis dan menyebar tidak beraturan.

  • Gunakan media persemaian dari tanah (yang diambil dari lapisan sub soil, 1,5 � 2 meter dibawah permukaan tanah) pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali dengan perbandingan 1:1:1, campuran ketiga media ini di pasteurisasi selama 2 jam.
  • Persemaian yang terinfeksi harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.
  • Naungan tempat persemaian secara bertahap dibuka agar matahari masuk dan membuat tanaman menjadi lebih kuat.
  • Penggunaan fungisida atau bakterisida selektif dengan dosisi batas terendah.

  • 3. Penyakit cabe yang disebabkan Nematoda

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Nematoda bengkak akar atau bengkak akar Meloidogyne sppSemaian agak kekuningan namun sering nampak seperti tanaman sehat, ada bintil akar yang tidak bisa lepas walaupun akar diusap lebih keras.

  • Gunakan media persemaian dari tanah (yang diambil dari lapisan sub soil, 1,5 � 2 meter dibawah permukaan tanah) pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali dengan perbandingan 1:1:1, campuran ketiga media ini di pasteurisasi selama 2 jam.
  • Persemaian yang terinfeksi harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.

  • 4. Penyakit cabe yang disebabkan oleh virus

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Mosaic belang atau klorosis Potato Virus Y, CMV atau Tobacco Etch Virus (TEV) atau TMVWarna daun terlihat belang klorosis atau kuning

  • Persemaian yang terinfeksi harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.
  • Gunakan insektisida yang efektif dan dianjurkan untuk mengendalikan serangga vektornya dalam hal ini kutu daun.

  • C. Penyakit cabe pada masa pertumbuhan vegetative generative dan cara mengatasinya 

    1. Penyakit yang disebabkan bakteri

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Bercak bakteri Xanthomonas campetris pv Vesicatoria (Xcv)Bagian tanaman yang terserang biasanya adalah daun dan ranting, terlihat bercak pada daun berukuran kecil bentuknya membulat, coklat pada bagian tengah dan pucat pada bagian pinggirnya, pada bagian atas daun bercak seperti tenggelam, sedangkan pada bagian bawah daun bercak seperti menonjol, gejala bercak tersebut tidak berubah selama masa pertumbuhan generative.

  • Tanah-tanah yang terkontaminasi penyakit layu jangan digunakan.
  • Bersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan gulma sebelumnya, dengan cara membalikkan tanahagar terkena sinar matahari.
  • Pemupukan yang berimbang, yaitu urea, ZA, TSP, KCL, dan pupuk organic.
  • Peninggian guludan cabe bisa mengurangi insiden penyakit layu.
  • Intercropping antara cabe dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastic perak didataran tinggi dan jerami didataran rendah bisa mengurangi infestasi antraknosa dan penyakit tanah, terutama dimusim hujan.
  • Tanaman muda yang terinfeksi penyakit dilapangan dimusnahkan dan disulam dengan tanaman yang sehat.
  • Ekstrak tanaman marigold untuk mengendalikan antraknosa, campuran nimbi, serai, dan laos dengan perbandingan 8:6:6 dan 6:6:6, serta daun tembakau pada air 1:20 (berat/volume) juga efektif untuk mengendalikan antraknos, erifikasinya setara dengan mancozeb 0,2 %.
  • Untuk mengurangi penggunaan pestisida dianjurkan menggunakan nozel kipas yang butiran semprotnya berupa kabut dan merata.
  • Layu Bakteri Ralstonia solanacearumlayu pada daun bagian bawah, setelah beberapa hari seluruh daun menjadi layu permanen, sedangkan warna daun tetap hijau, kadang-kadang sedikit kekuningan, jaringan vaskuler dari batang bagian bawah dan akar menjadi kecoklatan, apabila batang atau akar tersebut dipotong melintang dan dicelupkan ke dalam air jernih, akan keluar cairan keruh koloni bakteri yang melayang dalam air seperti kepulan asap, gejala penyakit ini akan sama pada tanaman dalam stadia pertumbuhan generative.

  • Gunakan media persemaian dari tanah (yang diambil dari lapisan sub soil, 1,5 � 2 meter dibawah permukaan tanah) pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali dengan perbandingan 1:1:1, campuran ketiga media ini di pasteurisasi selama 2 jam.
  • Persemaian yang terinfeksi harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.
  • Naungan tempat persemaian secara bertahap dibuka agar matahari masuk dan membuat tanaman menjadi lebih kuat.
  • Penggunaan fungisida atau bakterisida selektif dengan dosisi batas terendah.

  • 2. Penyakit cabe yang disebabkan cendawan

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Antraknosa Colletotrichum sppMati pucuk yang berlanjut pada bagian bawah daun, ranting dan cabang busuk kering berwarna coklat kehitam-hitaman, pada batang acervuli cendawan terlihat berupa benjolan.

  • Pemupukan yang berimbang yaitu urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCL 100-150 kg, dan pupuk organic 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabe dan tomat didataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastic perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah bisa mengurangi infestasi antraknos dan penyakit tanah, terutama dimusim hujan.
  • Penyakit antraknosa Colletotrichum spp dikendalikan dengan fungisida klorotalonil (Daconil 500 F) atau propineb (Antracol 70 WP), kedua fungisida ini digunakan secara bergantian.
  • Untuk mengurangi penggunaan pestisida dianjurkan menggunakan nozel kipas yang butiran semprotnya berupa kabut dan merata.
  • Bercak daun serkospora Cercospora capsiciGejala akan nampak pada daun, tangkai dan batang. Bercak daun Cercospora dapat menimbulkan defoliasi. Bercak berbentuk oblong (bulat) sirkuler dimana bagian tengahnya mengering berwarna abu-abu tua dan warna coklat dibagian pinggirannya, dan daun menjadi tua (menguning) sebelum waktunya. Bercak berukuran 0,25 cm atau lebih besar bagi yang menyatu, bercak menyerupai mata kodok sehingga penyakit ini sering disebut bintik mata kodok (frog eyes). Pada penampakan satu tanaman banyak daun yang menguning sebelum waktunya.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasilpanen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi antraknos dan penyakit tanah, terutama di musim hujan.
  • Untuk bercak sercospora dianjurkan menggunakan daun mindi (Melia azederach) pada konsentrasi 1: 20 (berat/volume).
  • Penyakit bercak daun Cercospora capsici dikendalikan dengan fungisida difenoconazole (Score �250 EC dengan konsentrasi 0,5 ml/l). Interval penyemprotan 7 hari.
  • Untuk mengurangi penggunaan pestisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.
  • Busuk daun Fitoftora Phytophthora capsiciSeluruh bagian tanaman dapat terinfeksi oleh penyakit ini. Infeksi pada batang dimulai dari leher batang menjadi busuk basah berwarna hijau setelah kering warna menjadi coklat/hitam. Serangan yang sama dapat terjadi pada bagian batang lainnya. Gejala melanjut dengan kelayuan yang serentak dan tiba-tiba dari bagian tanaman lainnya. Penyakit ini mematikan tanaman muda. Gejala lanjut busuk batang menjadi kering mengeras dan seluruh daun menjadi layu. Gejala pada daun diawali dengan bercak putih seperti tersiram air panas berbentuk sirkuler atau tidak beraturan. Bercak tersebut melebar mengering seperti kertas dan akhirnya memutih karena warna masa spora yang putih. Di lapangan tanaman layu secara sporadis.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi penyakit, terutama di musim hujan.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi penyakit, terutama di musim hujan.
  • Tanaman muda yang terinfeksi penyakit di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Cendawan Phytophthora capsici dapat dikendalikan dengan fungisida sistemik Metalaksil-M 4% + Mancozeb 64% (Ridomil Gold MZ � 4/64 WP) pada konsentrasi 3 g/l air, bergantian dengan fungisida kontak seperti klorotalonil (Daconil � 500 F, 2g/l). Fungisida sistemik digunakan maksimal empat kali per musim.
  • Untuk mengurangi penggunaan pestisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.
  • Layu Fusarium Fusarium oxysporumGejala yang paling menonjol adalah daun kekuningan dan layu yang dimulai dari daun bagian atas. Kelayuan ini terjadi secara bertahap sampai terjadi kelayuan permanen beberapa waktu kemudian dan daun tetap menempel pada batang (Gambar 13). Jaringan vaskular berwarna coklat terutama pada batang bagian bawah dekat akar (Gambar 14). Menjelang kematian tanaman tidak ada perubahan warna, secara eksternal pada batang maupun akar, jaringan kortikal masih tetap utuh. Gejala yang sama akan nampak pada tanaman dalam masa generatif.

  • Tanah-tanah yang terkontaminasi penyakit layu jangan digunakan. Infeksi penyakit layu dapat dipelajari pada tanaman sebelumnya.
  • Membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan gulma
  • sebelumnya. Membalik tanah agar terkena sinar matahari.
  • Pemupukan yang berimbang yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi penyakit tanah, terutama di musim hujan.
  • Tanaman muda yang terinfeksi penyakit dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Busuk daun Choanephora Choanephora cucurbitarumInfeksi pertama terjadi pada titik tumbuh, bunga dan pucuk; kemudian menyebar ke bagian bawah tanaman. Daun pucuk berubah dari hijau muda menjadi coklat, membusuk dan hitam. Kebusukan merambat ke bagian bawah tanaman dan menyerang kembali titik-titik baru tumbuh sehingga hampir semua pucuk terkulai. Batang yang terserang penyakit ini menjadi busuk kering dan mudah terkelupas. Serangan yang melanjut mematikan tanaman. Pada kelembaban tinggi terbentuk bulu-bulu berwarna hitam pada jaringan-jaringan yang terinfeksi.

  • Membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan gulma sebelumnya. Membalik tanah agar terkena sinar matahari.
  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi penyakit, terutama di musim hujan.
  • Penyemprotan fungisida secara bergilir antara fungisida sistemik satu kali (salah satu dari Acelalamine 0,5%, Dimmethomorph 0,1%, Propamocarb, Oxidasil 0,1%) dengan fungisida kontak seperti Klorotalonil 2% sebanyak tiga kali pada interval seminggu sekali.
  • Untuk mengurangi penggunaan fungisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.
  • Bercak kelabu stemfilium Stemphylium solaniBercak pada daun berbentuk sirkular, berukuran kecil (diameter 3 mm), bagian tengah berwarna bintik putih yang dibatasi pinggiran warna hitam yang tidak beraturan. Bercak pada batang dan tangkai daun berbentuk elips yang tidak beraturan.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi bercak kelabu stemfilium dan penyakit tanah, terutama di musim hujan.
  • Penyakit dapat dikendalikan dengan fungisida Difenoconazole (Score � 250 EC dengan konsentrasi 0,5 ml/l). Interval penyemprotan 7 hari.
  • .
  • Untuk mengurangi penggunaan fungisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.
  • Embun tepung Leveillula tauricaBercak atau spot pucat atau kekuningan nampak pada permukaan daun bagian atas. Bila bercak-bercak ini menyatu menjadi klorosis yang lebih lebar pada daun. Pada bagian bawah daun bercak berkembang menjadi jaringan yang nekrotik, kadang-kadang ditutupi dengan kapang miselium berwarna keabu-abuan. Penyakit menjalar dari daun tua ke daun muda dan seluruh daun menjadi gejala yang mencolok.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Penyakit dikendalikan dengan fungisida Difenokonazole (Score � 250 EC dengan konsentrasi 0,5 ml/l). Interval penyemprotan 7 hari.
  • Untuk mengurangi penggunaan fungisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.

  • 3. Penyakit cabe yang disebabkan Virus

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Mosaik keriting PVY, atau TEV, atau CMV, atau CVMV secara tunggal atau gabungan.Virus ini ditularkan / disebarkan oleh kutudaun. Tanaman mosaik warna belang antara hijau tua dan hijau muda. Kadang-kadang disertai dengan perubahan bentuk daun (cekung, keriting atau memanjang). Serangan salah satu strain CMV sering menyebabkan bentuk daun menyempit seperti tali sepatu atau bercak berpola daun oak pada buah dan daun.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi kutudaun yang merupakan vektor virus.
  • Tanaman muda (umur maksimum 35 hari) yang terinfeksi virus di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Imunisasi tanaman cabai dan tomat dengan virus CMV yang dilemahkan dengan satelit virus CARNA-5 dapat menahan serangan CMV yang lebih ganas di lapangan.
  • Gunakan insektisida untuk mengendalikan populasi kutudaun.
  • Untuk mengurangi penggunaan insektisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.
  • Kerdil, nekrosis dan mosaik ringan Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tomato Mosaic Virus (ToMV). Virus menular secara kontak.Gejala bervariasi kedalamnya termasuk mosaik, kerdil dan sistemik klorosis, kadang-kadang diikuti dengan nekrotik streak pada batang atau cabang dan diikuti dengan gugur daun.

  • Tanah-tanah yang tanaman sebelumnya pernah terinfeksi kedua virus di atas jangan digunakan.
  • Membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan gulma sebelumnya. Membalik tanah agar terkena sinar matahari.
  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Tanaman muda (umur maksimum 35 hari) yang terinfeksi virus di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat
  • Kerupuk Chilli Puckery Stunt Virus (CPSV), patogen ditularkan oleh kutudaun Aphis gossypiiPada tanaman muda dimulai dengan daun melengkung ke bawah. Pada umur-umur selanjutnya gejala melengkung lebih parah disertai kerutan-kerutan (puckery). Daun berwarna hijau pekat mengkilat dan permukaan tidak rata. Pertumbuhan terhambat, ruas jarak antara tangkai daun lebih pendek terutama di bagian pucuk, sehingga daun menumpuk dan bergumpal-gumpal berkesan regas seperti kerupuk. Daun gugur sehingga yang tinggal rantimg dengan daun-daun menggulung diujung pucuk. Bunga dan bakal buah juga berguguran.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi kutudaun yang berperan sebagai vektor virus.
  • Tanaman muda yang terinfeksi virus di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Aplikasi insektisida untuk mengendalikan kutudaun menggunakan nozel kipas agar terjadi pengurangan volume inseksida sebanyak 30%.
  • Kuning keriting Virus Gemini. Virus ini ditularkan oleh kutu putih/kutu kebul Bemisia tabaci Pada awalnya daun muda/pucuk cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan. Gejala melanjut dengan hampir seluruh dan muda/pucuk berwarna kuning cerah, daun cekung dan mengkerut berukuran lebih kecil dan lebih tebal. Gejala lain adalah daun berwarna mosaik klorosis.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi serangga pengisap daun.
  • Tanaman muda yang terinfeksi virus di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Pelepasan parasitoid Encarcia formosa sebanyak 1 ekor / 4 tanaman / minggu selama 8-10 minggu efektif mengurangi kutu putih vektor virus Gemini. Untuk lahan seluas diperlukan 10.000 ekor E.formosa.
  • Predator Menochilus sexmaculatus juga efektif mampu memangsa 200-400 ekor larva kutu putih per hari
  • Insektisida yang efektif dan selektif mengendalikan kutu putih sebagai vektor virus Gemini di antaranya bahan aktif Bifentrin, Buprofezin, Imidakloprid, Fenpropatin, Endosulfan. Untuk mengurangi penggunaan insektisida (+ 30%) dianjurkan menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.

  • 4. Penyakit cabe yang disebabkan Nematoda

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Bengkak akar Meloidogyne spp.Pada bagian tanaman di atas tanah bisa bergejala kerdil, menguning dan layu, namun umumnya vigor pertumbuhan sangat buruk. Perkembangan sistem perakaran menjadi lebih kecil atau sempit serta timbul kutil-kutil pada akar. Kutil atau galls pada cabai umumnya lebih kecil dari kutil nematoda pada tanaman tomat atau ketimun, sehingga kutil nematoda pada cabai sering tidak kelihatan atau pangling (overlook). Penyakit umumnya lebih parah pada daerah infeksi yang terlokalisasi.

  • Tanah-tanah yang terkontaminasi penyakit bengkak akar jangan digunakan. Infeksi penyakit dapat dipelajari dengan mencabut beberapa gulma dan tanaman yang tumbuh di beberapa tempat dan memperhatikan bintil atau benjolan pada akar.
  • Membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan gulma sebelumnya. Membalik tanah agar terkena sinar matahari. Perendaman lahan selama 2-3 hari baik untuk mengurangi populasi nematoda.
  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Di lahan yang diduga terinfeksi nematoda diberi Furadan 30 kg/ha.
  • D. Penyakit yang menyerang buah cabe dan cara mengatasinya 

    1. Penyakit cabe yang disebabkan bakteri

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Busuk basah bakteri Erwinia carotovora pv carotovoraBusuk basah pada buah dimulai dari tangkai dan kelopak buah, tetapi infeksi bisa juga terjadi melalui luka di bagian mana saja dari buah. Jaringan buah bagian bawah infeksi menjadi lunak dan luka segera melebar merusak bagian dalam daging sehingga dalam beberapa hari menjadi masa yang basah lunak dan berlendir. Lendir keluar dari kantung buah dan menguap sampai kering. Buah yang masih menempel pada tanaman kemudian terinfeksi akan tetap terikat menggantung seperti kantung air. Setelah isinya keluar suatu kantung buah kering berwarna transparan dan tetap menggantung.

  • Pengaturan jarak tanam tidak terlalu rapat.
  • Sanitasi kebun dari sisa-sisa tanaman yang terinfeksi bakteri.
  • Melakukan panen pada waktu cuaca kering.
  • Menjaga agar buah tidak luka / memar waktu dipanen.
  • Simpan buah cabai ditempat yang teduh.
  • Pencucian dapat meningkatkan infeksi. Penambahan khlor pada air cucian dan segera mengeringkannya adalah cara yang dianjurkan.
  • Mengumpulkan dan memusnahkan buah cabai yang terinfeksi.
  • Bercak kering bakteri Xanthomonas campestris pv vesicatoriaPada buah bercak berbentuk bulat kutil tidak beratur, kutil yang menyatu membentuk cembungan besar yang retak-retak. Patogen dapat terbawa biji

  • Gunakan benih cabai yang bersertifikat.
  • Rotasi tanaman penting untuk mengelola penyakit ini.
  • Penyemprotan dengan fungisida berbahan tembaga mengurangi infeksi penyakit ini.

  • 2. Penyakit cabe yang disebabkan cendawan

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Antraknos Colletotrichum spp.Antraknos pada buah membuat buah busuk. Di Indonesia penyakit ini dapat menginfeksi buah matang dan buah muda. Gejala awal adalah bercak kecil seperti tersiram air, luka ini berkembang dengan cepat sampai ada yang bergaris tengah 3-4 cm. Ekspansi bercak yang maksimal membentuk lekukan dengan warna merah tua ke coklat muda, dengan dengan berbagai bentuk konsentrik dari jaringan stromatik cendawan yang berwarna gelap. Spora yang berwarna pucat kekuningan sampai warna salmon (pink) tersebar pada garis-garis konsentrik. Buah cabai bisa hancur 100% karena antraknos.

  • Gunakan benih yang bersertifikat, rendam dengan air panas � 55oC selama 30 menit atau dengan larutan 0,05 � 0,1 % fungisida golongan sistemik (seperti Triazole atau Pirimidin).
  • Buah cabai yang terserang antraknos dikumpulkan dalam kantung plastik tertutup dan dimusnahkan.
  • Gunakan fungisida sistemik bergantian dengan yang kontak dengan pola S-K-K-K-S dan seterusnya.
  • Untuk mengurangi volume fungisida gunakan spuyer kipas yang dapat menghemat volume penyemprotan sekitar 30%.
  • Bercak Fitoftora Phytophthora capsiciGejala awal pada buah adalah bercak seperti tercelup air panas dengan warna hijau buram, bercak ini dengan cepat menyebar pada luasan buah. Gejala berikutnya buah akan menjadi lembek / lunak dan berkerut. Tanaman muda dan bagian tanaman lain dapat diserang patogen ini.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi penyakit, terutama di musim hujan.
  • Tanaman muda yang terinfeksi penyakit di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Buah yang terinfeksi dimusnahkan.
  • Cendawan Phytophthora capsici dapat dikendalikan dengan fungisida sistemik Metalaksil-M 4% + Mancozeb 64% (Ridomil Gold MZ � 4/64 WP) pada konsentrasi 3 g/l air, bergantian dengan fungisida kontak seperti klorotalonil (Daconil � 500 F, 2g/l). Fungisida sistemik digunakan maksimal empat kali per musim.
  • Untuk mengurangi penggunaan pestisida (+ 30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.

  • 3. Penyakit cabe yang disebabkan virus

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Mosaik belang Cucumber Mosaic Virus (CMV) atau Tobacco Ecth Virus (TEV)Bentuk buah abnormal, melengkung dan atau permukaan tidak rata, warna buah belang kuning sepanjang alur buah. Warna kuning ini sangat menonjol pada buah yang masih berwarna hijau. Pada buah menjelang matang warna buah belang coklat dan kekuningan, dan waktu matang penuh buah berwarna merah (agak muda) yang merata.

  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg,TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.
  • Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi kutudaun sebagai vektor virus.
  • Tanaman muda yang terinfeksi virus di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.
  • Aplikasi insektisida untuk mengendalikan kutudaun menggunakan spuyer kipas agar terjadi pengurangan insektisida serbanyak 30%.

  • E. Penyakit yang disebabkan oleh factor lingkungan dan cara mengatasinya 

    Penyebab OPT atau penyebab penyakit dari lingkungan ini membuat tanaman sakit, menderita dan merugi, tetapi penyebab penyakit tidak memperbanyak diri dan tidak menular seperti lazimnya penyakit yang disebabkan oleh patogen hidup. Oleh karena itu pengendaliannyapun berbeda pula, lebih ditujukan kepada penyebab OPT yang non patogen dan ditujukan kepada memperbaiki lingkungannya. 

    1. Penyakit yang disebabkan oleh hama 

    a. Penyakit Karena Infestasi Hama Pengisap Daun

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Kerusakan oleh kutu daun Aphis sp.Daun muda berkerut dan agak belang kuning samar. Internode pendek sehingga letak daun lebih bertumpuk. Helaian daun sering ditutupi oleh suatu lapisan hitam tipis yang berasosiasi dengan kulit kutudaun yang lepas. Lapisan hitam ini adalah pertumbuhan jamur jelaga yang tumbuh pada ekskresi kutudaun yang manis seperti madu. Populasi kutudaun yang ekstrim tinggi dapat menyebabkan klorosis dan gugur daun yang menyebabkan buah tereduksi atau cacat karena sengatan matahari.

  • Lihat cara pencegahan hama kutudaun.
  • Pengendalian terhadap kutudaun sendiri dengan membiarkan musuh alaminya tetap tumbuh dan berkembang.
  • Insektisida yang dianjurkan untuk mengendalikan kutudaun antara lain Kartap hidroklorida (2g/l), Fipronil (2 cc/l), Diafenthiuron (2 cc/l).
  • Pengendalian terhadap populasi semut yang sering membawa kutudaun menjadi ternak piaraannya.
  • Kerusakan oleh tungau Tungau Polyphagotarsonemus latusDaun-daun menggulung ke bawah seperti dilinting sepanjang tulang daun, permukaan bawah daun berwarna tembaga kecoklatan dan mengkilat. Buah tidak berkembang dengan normal dan kulitnya dilapisi warna coklat keras. Bila serangan parah keseluruh pertanaman nampak kemerahan, lalu menggering dan tanamanpun jadi mati.

  • Dilakukan pantauan yang sering dan teliti. Tanaman muda (sampai masa berbunga pertama) kurang lebih umur 35 hari yang memperlihatkan daun ngelinting segera dipangkas daunnya, kemudian tanaman disemprot dengan akarisida, lalu tanah sekitar tanaman disiram dengan air untuk mempercepat pertumbuhan tunas.
  • Cara pengendalian lainnya lihat cara-cara pengendalian hama cabai.
  • Kerusakan oleh trips Trips palmiDaun keriting umumnya bagian tepi daun menggulung ke bagian dalam sehingga membentuk cekungan. Daun keriput dan lamina menyempit bila populasi trips sangat tinggi. Pada cekungan keriput daun di bagian bawah ditutup lapisan tipis yang berwarna coklat mengkilat. Buah bentuknya menjadiabnormal dan bercelah serta mengeras berwarna coklat buram. Trips mudah berkoloni terutama pada kelopak bunga dan aktif bergerak. Lihat cara-cara pengendalian hama cabai

    b. Penyakit cabe karena terjadinya perubahan kromosom

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Mutasi Perubahan jumlah kromosomGejala bisa bermacam-macam termasuk ke dalamnya perubahan daun yang indah seperti tanaman hias, bentuknya memanjang atau mengecil, defisiensi klorofil, daun varigata cimerik. Mata tunas sering tidak tumbuh. Mutasi sifatnya baka dan tidak menular. Tanaman seperti ini kalau tidak dikehendaki musnahkan saja.

    c. Penyakit cabe karena ketidakseimbangan lingkungan/ fisiologis

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Ujung busuk Kahat Kalsium dan air tidak seimbangBercak seperti tersiram air panas terbentuk pada ujung buah. Jaringan yang terinfeksi menjadi lunak busuk dan nampak seperti lapisan kulit. Buah-buah yang terinfeksi menjadi lebih cepat matang. Cendawan saprofitik sering tumbuh pada bekas luka tadi, begitupun bakteri busuk lunak bisa masuk ke dalam buah melalui luka yang terjadi.

  • Drainase tanah (tata air dan tata udara) dipersiapkan dengan baik.
  • Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.
  • Pada kelembaban yang berfluktuasi tidak memberi hara nitrogen berlebih.
  • Salinitas tinggi Konsentrasi garam yang tinggi pada tanahTanaman muda kerdil dan sering mati. Akar terbakar dan hipokotil atau batang tanaman mengering kemudian tanaman mati. Sering mematikan tanaman pada areal yang luas. Pada musim kemarau di daerah pesisir pemberian pupuk dikurangi dari dosis yang biasa. 2. Gunakan penyiraman dengan irigasi air tawar.
    Terbakar oleh sinar matahari Sinar matahari dan panas berlebihLuka putih bersih timbul pada bagian buah yang terkena sinar matahari langsung. Jaringan buah yang terkena menjadi busuk dan tinggal kulit buahnya yang menyerupai kertas. Pemberian naungan pada buah-buah yang terbuka mungkin dapat menolong.

    d. Penyakit cabe karena keracunan pestisida kimia (Fitotoksis)

    Nama Penyakit PatogenGejalaPengendalian dan Pencegahannya
    Mosaik antar tulang daun Keracunan FenvaleratDaun berwarna mosaik putih di bagian tengah atau antar tulang daun, dan bentuk daun tidak berubah.

  • Mengaplikasikan insektisida yang bersangkutan sesuai anjuran, atau dengan mengambil level terendah.
  • Waktu aplikasi insektisida air harus cukup.
  • Bila tanaman sudah keracunan siramkan air lebih banyak dan lebih sering.
  • Bercak dan pinggiran daun kering Keracunan karbofuranPada pinggiran daun timbul spot klorotik dan nekrotik. Spot yang menggabung membuat pinggiran daun sobek. Tanaman bisa menjadi kerdil.

  • Mengaplikasi dosis nematisida/insektisida ini sesuai anjuran atau dengan mengambil level terendah.
  • Waktu aplikasi pestisida air harus cukup.
  • Bila tanaman sudah keracunan, sirami dengan air lebih banyak dan lebih sering.
  • Mosaik pangkal daun Keracunan AsefatDaun muda cekung pada pangkalnya dan berwarna mosaik kuning atau menjala atau vein banding.

  • Mengaplikasi dosis insektisida ini sesuai anjuran atau dengan mengambil level terendah.
  • Waktu aplikasi insektisida air harus cukup.
  • Bila tanaman sudah keracunan, sirami dengan air lebih banyak dan lebih sering.
  • Bercak kering Keracunan ParaquatBercak�bercak kecil sampai diameter 3 mm berwarna putih sampai coklat. Bercak yang menggabung membentuk bercak nekrotik yang lebih besar dan daun gugur. Keracunan karena Paraquat mungkin disebabkan karena percikan semprotan dari herbisida ini yang diaplikasikan pada larikan (furrows) di kebun cabai atau dari udara akibat penggunaan alat semprot bertekanan tinggi di kebun-kebun yang berdekatan. Penyemprotan herbisida perlu hati-hati dan terkontrol.
    Daun abnormal Keracunan Phenoxy (2,4-D, MCPA, dll).Daun berubah bentuk mengkerut dengan pinggiran bergelombang menjadi memanjang, urat-urat daunnya menonjol (enasi) dan pinggiran daun bergelombang. Bunga gugur dan akar adventis tumbuh lebih banyak pada batang bagian bawah. Gambar 67 dari malformasi daun karena keracunan Phenoxy. Hati-hati dalam menggunakan herbisida ini

    Demikianlah pemirsa pembaca dimanapun anda berada, solusi cara efektif mengatasi berbagai penyakit yang menyerang tanaman cabe, sampai jumpa diartikel selanjutnya, selamat mencoba, salam. 



    SUMBER PUSTAKA

    Basuki, R.S. 1988. Analisis biaya dan pendapatan usahatani cabai merah (Capsicum annuum L.) di desa Kemurang Kulon, Brebes. Bul. Penel. Hort 16 (2) : 115-121. 

    Black, L., S.K. Green, G.L. Hartman, and J.M. Poulos. 1991. Pepper diseases : A field guide. Asian Vegetable Research and Development Center. 

    Biro Pusat Statistik. 2000. Jakarta. 

    Duriat, A.S., T.A. Soetiarso, L. Prabaningrum dan R. Sutarya. 1994. Penerapan pengendalian hama penyakit terpadu pada budidaya cabai. Balithort, Lembang. Badan Litbang Pertanian. 30 hal. 

    Duriat, A.S. dan S. Sastrosiswojo. 1995. Pengendalian hama dan penyakit terpadu pada agribisnis cabai. Dalam : Agribisnis Cabai (Ed. Santika). Penebar Swadaya. Jakarta: 98 � 121. 

    Duriat, A.S., 1996. Management of pepper viruses in Indonesia : Problems and progress. IARD Journal Vol. 18 (3) : 45-50. 

    Duriat, A.S. dan W. Setiawati, 1998. Hasil-hasil penelitian sayuran mendukung program pengendalian hama terpadu. Inovasi Teknologi Pertanian. Seperempat Abad Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Tomasu Offset Printing. Jakarta. 507-513. 

    Duriat, A.S. 1999. Non-chemical control of pests and diseases of hot pepper. IARD Journal Vol. 21 (2) : 21-26. 

    Duriat, A.S. 2002. Virus keriting ancaman serius tomat. Trubus 397. Desember 2002/XXXIII. 91. 

    Duriat, A.S., N. Gunaeni, Y. Kusandriani, E. Suryaningsih dan O.S. Gunawan 2003. Penentuan standar mutu benih cabai merah berdasarkan fenotipa, fisiologi, fisik dan kesehatan. Lap. APBN 2002/2003. Balitsa. 10 hal. 

    Duriat, A.S. dan N. Gunaeni, 2005. Hasil kajian pengendalian penyakit virus kuning pada cabai merah. Makalah disampaikan pada : Apresiasi Penerapan Penanggulangan Penyakit Virus Pada Cabai. Yogyakarta, 13-15 April 2005. 19 hal. 

    Fujisawa, I., T. Hanada and S.H. Anang. 1986. Virus diseases occuring on some vegetable crops in West Malaysia. Jpn. Agric. Res. Quart. 20 : 78-84. 

    George, R.A.T. 1985. Vegetable seed production. Group Limited, N.Y. 318p. 

    Hartono, S. 2003. Penyakit virus daun menggulung dan keriting pada cabai di Yogyakarta dan upaya pengendaliannya. Makalah pada Seminar Sehari Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Virus pada Cabai. Dir. Perlindungan Hortikultura. Dir. Jen. Bina Produksi Hortikultura. Jakarta. 6 hal. 

    Hidayat, S.H. 2003. Rangkuman hasil penelitian Gemini virus di Indonesia. Sebagai bahan diskusi untuk menghadapi peningkatan infeksi gemini virus pada cabai. Makalah pada Seminar Sehari Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Virus Pada Cabai. Dir. Perlindungan Hortikultura. Dir. Jen. Bina Produksi Hortikultura. Jakarta. 4 hal. 

    Oka, I.N. 1993. Pengantar epidemiologi penyakit tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 92 hal. 

    Purwati, E., B. Jaya dan A.S. Duriat 2000. Penampilan beberapa varietas cabai dan uji resistensi terhadap penyakit virus kerupuk. Jurnal Hortikultura Vol. 10, No. 2 : 88-94. 

    Pusat Karantina Pertanian, 1991. List of important plant pests already reported in Indonesia. 118 p. 

    Roff, M.M.N., and C.A. Ong, 1992. Epidemiology of aphid borne virus diseases on chilli Malaysian and their management. Proc. Conferrence on Chilli Pepper Production in The Tropic. Kuala Lumpur, 13-14 October 1992. MARDI AVRDC-MAPPS. 130-140. 

    Suryaningsih, E., R. Sutarya dan A.S. Duriat 1996. Penyakit tanaman cabai merah dan pengendaliannya. Teknologi Produksi Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Badan Litbang Pertanian. 64-84. 

    Van der Plank, J.E. 1963. Plant diseases : Epidemic and control. Acedemic Press, New York and London. 344 pp. 

    Zadoks, C.J. and R.D. Schein 1979. Epidemiology and plant diseases management. New York, Oxford. Oxford Univ. Press. 427 pp.

    Sabtu, 01 Oktober 2016

    Daftar Racun Ampuh Pembasmi Hama Trips Pada Tanaman Cabe Merah

    Cabe merah merupakan salah satu komoditi pertanian unggulan, agar hasil budidaya cabe merah maksimal, berbagai kendala harus diatasi, salah satunya kendala yang disebabkan oleh serangan hama Trips (Trips parvispinus) atau dikenal dengan kutu Trips.

    Meski pestisida alam cukup tersedia di alam, namun banyak juga petani kita yang menggunakan pestisida kimia dalam mengendalikan serangan Trips.

    Pada pembahasan kali ini kita akan sajikan daftar pestisida yang diijinkan oleh komisi pestisida, kementerian pertanian, daftar ini disusun oleh Tonny K Moekasan dan Laksminiwati Prabaningrum.

    Sebagai salah satu acuan untuk petani yang mengalami masalah dengan adanya serangan kutu trips pada cabe merah, silahkan lihat daftar pestisida ini, dan membelinya di toko-tok pertanian di tempat anda berdomisili.
    Racun ampuh pembasmi hama trips pada tanaman cabe merah
    (Trips pada kelopak bunga cabe)

    Bahan Aktif Merek Dagang
    Abamektin Agrimec 18 EC , Aspire 18 EC, Demolish 18 EC, Indomektin 20 EC, Isigo 18 EC, Kiliri 20 EC, Matros 18 EC, Mectimax 18 EC, Numection 20 EC, Phoscormite 18 EC, Rutin 18 EC, Sidamec 20 EC, Stadium 18 EC, Starmek 18 EC, Supemec 18 EC
    Alfa-sipermetrin Bestox 50 EC, BM alpha 100 EC, Faster 15 EC, Tetrin 36 EC, Valiant 50 EC
    Alfa-sipermetrin + Profenofos Atatte 210 EC
    Amitraz Lavista 200 EC
    Asefat Dafat 400 SL
    Beta-siflutrin Mastarin 25 EC
    Deltametrin Decis 25 EC, Delta 25 EC, Sancis 25 EC, Sidacis 25 EC,
    Diafentiuron Pegasus 500 EC
    Dimetoat BM Sucthion 400 EC, Danadim 400 EC, Decafen 400 EC, Destan 400 EC, Dimacide 40 0 SC, Kanon 400 EC, Perfektan 425 EC, Sidajos 430 EC, Toxafine 400 EC
    Etion Mition 500 EC
    Fenpropatrin Fenthrin 50 EC
    Fenvalerate Fenval 200 EC
    Fipronil Destar 50 SC, Fipros 55 SC, Regent 50 SC
    Imidakloprid Abuki 50 SL, Amirid 200 SL, Bima 10 WP, Caleb Tsan 28 EC, Confidor 200 SL, Deluose 200 SL, Imar 200 SL, Imidaplus 200 Sl, Interprid 200 SL, Jellin 100 SL, Lanidor 200 SL, Paztidor 200 EC, Rudor 200 SL, Starfidor 5 WP, Tygra 200 SL, Winder 25 WP
    Imidakloprid + Beta-siflutrin Solomon 300 OD
    Karbosulfan Jagabaya 200 EC, Marshal 200 EC
    Kartap Hidroklorida Kristal 50 WP, Padan 50 SP
    Klorfenapir Akosu 100 SC, Rampage 100 SC
    Klorpirifos Farin 200 EC, Magu 420 EC, Posban 200 EC, Radiant 200 EC
    Klorpirifos + Sipermetrin Nurelle D 500/50 EC
    Lambda-sihalotrin Matarin 25 EC, Setor 40 EC
    Malation Fyfanon 440 EW
    Profenofos Anwavin 500 EC, Curacron 500 EC, Electric 500 EC, Indocron 500 EC, Masicron 500 EC, Tabard 500 EC
    Propoksur Poksindo 200 EC
    Protiofos Tokuthion 500 EC
    Piraklofos Voltage 560 EC
    Sipermetrin Done 200 EC, Exocet 50 EC, Fastrin 100 EC, Sopeton 108 EC, Tombak 189 EC

    Sangat kami sarankan untuk anda yang menggunakan pestisida diatas, yakni membaca petunjuk cara pemakaiannya, dan menggunakannya dengan tidak berlebihan sesuai dengan dosis yang dianjurkan, karena penggunaan pestisida berlebihan bisa menimbulkan dampak resistensi, yang tidak saja terhadap hama trips tapi juga hama lainnya (serangga sekunder).

    Demikain pembahasan kita kali ini, semoga bermanfaat membantu petani cabe merah dalam mengatasi hama Trips, sampai jumpa pada pembahasan berikutnya, salam.